Rabu, 04 Juni 2008

Resign....

Tadi pagi saya mendapatkan email dari temen kerja yang isinya ia akan mengundurkan diri dari pekerjaannya. Istilah bekennya " resign".

mendengar kata "resign", perasaan saya ikut larut untuk ikut-ikutan ingin resign. Walaupun sama sekali belum ada alasan yang rasional yang bisa menjelaskan.

Terkadang saya terbawa emosi untuk sama dengan apa yang dilakukan oleh temen saya. Saya sibuk mencari lowongan kerja baik di internet (jobsdb, Jobstreet, dll) maupun di media masaa Kompas setiap hari sabtu dan minggu.

Padahal pindah kerja atau usaha lainnya seharusnya berdasarkan angan-angan atas hidup saya mendepan. Bukan jenuh, bukan karena penghasilan yang lebih besar dan alasan-alasan emosial lainnya. Angan-angan saya untuk sukses menjadi pemilik usaha. Bukannya kembali menjadi mental pegawai yang biasanya sangat hitung-hitungan. Kalau tidak dibayar tidak bekerja. Kalau tidak dapat uang lembur tidak lembur. Kalau tidak diharuskan datang pagi tidak datang pagi. Itu mental seorang pegawai. Sedangkan pemilik usaha atau pengusaha tidak mempunyai kontrol seperti itu lagi. Memang dia bangun pagi untuk sesuatu yang disukainya, dia bekerja karena memang harus bekerja, dia menyenangi pekerjaannya sehingga tidak harus disuruh oleh siapapun.

Sangat relevan dengan pernyataan Soetrisno Bachir...hidup adalah perbuatan. Berbuat tanpa harus larut dalam aktivitas orang lain. Bravo....

Selasa, 03 Juni 2008

Seserahan ke Tanggerang.....

Tanggal 25 Mei 2008, saya dan keluarga seserahan ke Tanggerang Seserahan merupakan salah-satu acara adat di sunda. upacara seserahan, yaitu upacara pranikah yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari upacara lamar­an yang saya lakukan sekitar satu bulan yang lalu.

menurut Drs. M Rachmat Sastradipradja – dikenal dengan sebutan Mang Rachmat, Proses upacara seserahan sebagai berikut mempelai wani­ta dan, keluarganya bersiap-siap menanti kedatangan calon mempelai pria. Jumlah orang yang datang disesuaikan de­ngan ruangan yang ada. Makna utama seserahan adalah menyerahkan calon mempelai pria ke­pada keluarga calon mempelai wanita. "Bukan menyerahkan barang. Barang hanya sebagai sambilan saja." ujarnya Mang Rachmat.

Ketika calon mempelai pria dan rombongan datang, wakil dari keluarga calon perempuan siap menyambut dan mempersi­lahkan rombongan menempati tempat yang telah disediakan. MC mempersilahkan jubir kelu­arga calon mempelai pria meng­utarakan maksud kedatangan­nya. Selanjutnya, MC memper­silahkan jubir calon mempelai wanita untuk memberi jawaban.

Penyerahan calon mempelai pria dari keluarganya kepada keluarga calon mempelai wanita, didahului dengan sungkem oleh calon suami kepada kedua calon mertua. Kemudian CMW dijemput oleh ibu dan bapak, dilanjutkan balasan sungkem CMW kepada kedua calon mer­tua dan selanjutnya disandingkan dengan pasangannya. Ke­dua keluarga pun berhadap-hadapan.

Penyerahan barang bawaan dilakukan oleh ibu calon suami kepada ibu calon istri secara estafet, yang telah ditata ditem­pat yang telah disediakan. Ke­mudian dilanjutkan perkenalan keluarga masing-masing mempelai. Seserahan pun selesai kemudian dilanjutkan dengan ramah

Observasi unit.....

Hari senin sampai jumat ini saya ditugaskan untuk mengobservasi salah-satu anak perusahaan. Tujuannya seh untuk mempelajari dan menganalisa proses yang terjadi dan memberikan masukan untuk unit tersebut. Kebetulan tehnik mengobservasi ini pernah saya dapatkan di kantor lama ketia melakukan migrasi sistem dan perubahan proses binis, setidaknya dengan cara tersebut saya tidak cukup sulit untuk mendapatkan gambaran utuh dari proses unit tersebut. Trik-trik yang saya lakukan untuk mendapatkan informasi, biasanya dilakukan sebagai berikut :
1. Mengamati proses yang terjadi pada saat ada pasien.
2. Menggambarkan dalam flow chart proses yang terjadi dan mewawancarai secara langsung.
3. Menganalisa flow tersebut.
4. Mengindentifikasi kelemahan dari proses tersebut.
5. Memberikan masukan yang relevan.

Ternyata dari trik-trik tersebut, ada yang bisa saya dapatkan :
1. Unit yang kita periksa tidak menjalankan prosedur yang seharusnya.
2. Proses yang ditentukan memiliki kelemahan yang sangat vital terhadap perusahaan