Tadi pagi saya mendapatkan email dari temen kerja yang isinya ia akan mengundurkan diri dari pekerjaannya. Istilah bekennya " resign".
mendengar kata "resign", perasaan saya ikut larut untuk ikut-ikutan ingin resign. Walaupun sama sekali belum ada alasan yang rasional yang bisa menjelaskan.
Terkadang saya terbawa emosi untuk sama dengan apa yang dilakukan oleh temen saya. Saya sibuk mencari lowongan kerja baik di internet (jobsdb, Jobstreet, dll) maupun di media masaa Kompas setiap hari sabtu dan minggu.
Padahal pindah kerja atau usaha lainnya seharusnya berdasarkan angan-angan atas hidup saya mendepan. Bukan jenuh, bukan karena penghasilan yang lebih besar dan alasan-alasan emosial lainnya. Angan-angan saya untuk sukses menjadi pemilik usaha. Bukannya kembali menjadi mental pegawai yang biasanya sangat hitung-hitungan. Kalau tidak dibayar tidak bekerja. Kalau tidak dapat uang lembur tidak lembur. Kalau tidak diharuskan datang pagi tidak datang pagi. Itu mental seorang pegawai. Sedangkan pemilik usaha atau pengusaha tidak mempunyai kontrol seperti itu lagi. Memang dia bangun pagi untuk sesuatu yang disukainya, dia bekerja karena memang harus bekerja, dia menyenangi pekerjaannya sehingga tidak harus disuruh oleh siapapun.
Sangat relevan dengan pernyataan Soetrisno Bachir...hidup adalah perbuatan. Berbuat tanpa harus larut dalam aktivitas orang lain. Bravo....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar