PENDAHULUAN
Perhitungan biaya berdasarkan target merupakan metode
yang pertama dari empat metode biaya dalam bab ini. Metode lainnya adalah teori
kendala (theory of constraints), perhitungan biaya menurut siklus hidup
(life-cycle costing), dan penetapan harga jangka panjang (long-term
pricing). Unsur yang paling umum dari keempat metode tersebut adalah
semuanya terlibat dalam keseluruhan siklus hidup produk.
Penetapan harga jangka panjang menggunakan dua pandangan
penting dan sangat berbeda dari siklus hidup produk.
1
Siklus Biaya Hidup (Cost Life Cycle),
merupakan urutan aktivitas dalam perusahaan mulai dari peelitian dan
pengembangan, desain, produksi (atau penyediaan jasa), pemasaran/distribusi,
dan layanan kepada pelanggan.
2
Siklus Hidup Penjualan (Sales Life
Cycle), merupakan urutan dari tahap-tahap hidup barang dan jasa di pasar, mulai
dari pengenalan barang atau jasa ke pasaran, sampai pada pertumbuhan dalam
penjualan, dan akhirnya kematangan, penurunan serta penarikan dari pasar.
Tiga metode, yaitu perhitungan biaya berdasarkan target,
teori kendala, dan perhitungan biaya menurut siklus hidup biasanya digunakan
oleh perusahaan manufaktur, dimana pengembangan produk baru, kecepatan
produksi, dan efisiensi sangat penting.
1. PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN TARGET
Menurut Henry Ford, tidak seorangpun
tahu berapa biaya yang seharusnya dikeluarkan. Salah satu cara adalah
menentukan harga serendah-rendahnya, sehingga memaksa setiap orang berupaya
keras untuk menghasilkan laba.
Ford menjelaskan teknik yang disebut sebagai perhitungan
biaya berdasarkan target, dimana
perusahaan menentukan biaya yang harus dikeluarkan untuk barang atau jasa,
berdasarkan harga pasar kompetitif, dengan demikian perusahaan dapat memperoleh
laba yang diharapkan :
Biaya target = Harga Kompetitif – Laba yang diharapkan
Perusahaan mempunyai dua pilihan untuk menurunkan biaya
sampai pada level biaya target:
1.
Dengan mengintegrasikan teknologi
produksi baru, menggunakan teknik-teknik manajemen biaya yang canggih seperti
perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing), dan
mencari produktivitas yang lebih tinggi.
2.
Dengan melakukan desain ulang terhadap
barang atau jasa. Metode ini menguntungkan bagi banyak perusahaan karena
mengakui bahwa keputusan-keputusan atas desain sangat mempengaruhi total biaya
selama siklus hidup produk.
Banyak perusahaan menggunakan kedua pilihan
tersebut, yaitu usaha untuk mencapai keuntungan peningkatan produktivitas dan
perhitungan biaya berdasarkan target untuk merancang produk dengan biaya
rendah. Beberapa manajer menyatakan bahwa tidak seperti program perbaikan
produktivitas, perhitungan biaya berdasarkan target mempunyai tujuan yang lebih
terbatas, yaitu level biaya yang spesifik. Karena lebih jelas, maka tujuannya
tampak lebih mudah dicapai dan oleh karena itu lebih dapat memotivasi.
Lima tahap penerapan pendekatan perhitungan biaya berdasarkan
target adalah :
1.
Menentukan harga pasar
2.
Menentukan laba yang diharapkan
3.
Menghitung biaya target pada harga pasar
dikurangi laba yang diharapkan
4.
Menggunakan rekayasa nilai untuk
menentukan cara menurunkan biaya produk.
5.
Menggunakan perhitungan biaya kaizen dan
pengendalian operasional untuk terus menurunkan biaya.
Rekayasa Nilai
Rekayasa
nilai (value engineering) digunakan dalam perhitungan biaya berdasarkan
target untuk menurunkan biaya produk dengna cara menganalisis trade-off
antara jenis fungsionalitas produk yang berbeda-beda dan total biaya produk.
Perhitungan
biaya berdasarkan target lebih bermanfaat untuk produk pada kelompok pertama
karena pada kelompok produk ini perusahaan mempunyai kebijakan atas lebih banyak
fitur produk. Jenis rekayasa nilai yang umumnya digunakan pada
perusahaan-perusahaan ini adalah Analisis Fungional (functional analysis),
yaitu proses pengkajian kinerja dan biaya dari setiap fasilitas atau fitur
utama produk. Tujuan analisis ini adalah keseimbangan yang diinginkan antara
kinerja dan biaya. Analisis Desain (design analysis), merupakan bentuk
umum dari rekayasa nilai untuk produk dalam kelompok kedua, yaitu produk-produk
industri dan produk khusus.
Pendekatan
penurunan biaya lainnya meliputi tabel biaya dan teknologi kelompok, dimana
Tabel Biaya (cost table) merupakan basis data berbasis komputer meliputi
informasi yang komprehensif tentang penggerak biaya (cost driver)
perusahaan. Teknologi Kelompok (group technology) merupakan metode untuk
mengidentifikasi kesamaan suku cadang dalam produk-produk yang dihasilkan
perusahaan, sehingga suku cadang yang sama dapat digunakan untuk dua produk
atau lebih serta dapat menurunkan biaya.
Perhitungan Biaya Berdasarkan Target dan
Perhitungan Biaya Kaizen
Langkah kelima dalam perhitungan biaya
berdasarkan target adalah dengan menggunakan perbaikan terus-menerus atau
berkelanjutan (continuous improvement/kaizen) dan pengendalian
operasional untuk menurunkan biaya lebih lanjut. Kaizen berarti perbaikan
bekelanjutan, yaitu usaha secara terus menerus mencari cara baru untuk
menurunkan biaya dalam proses produksi produk dengan desain dan fungsionalitas
yang ada. Dengan demikian, perhitungan biaya berdasarkan target dan kaizen
adalah metode-metode saling melengkapi yang digunakan untuk secara
berkelanjutan menurunkan biaya dan meningkatkan nilai.
TEORI KENDALA
Teori kendala (theory of constraint
- TOC), yaitu teknik yang digunakan untuk meningkatkan kecepatan dalam proses
produksi. Ukuran didefinisikan dengan cara-cara yang berbeda untuk tiap-tiap
perusahaan. Sebagai contoh, waktu siklus produksi (cycle time, lead time, or
throughput time) umumnya didefinisikan sebagai berikut :
Waktu
Siklus produksi = Jumlah waktu antara penerimaan pesanan pelanggan dan
pengiriman pesanan tersebut
Ukuran lainnya yang berguna adalah
efisiensi Siklus produksi (manufacturing cycle efficiency-MCE) yang merupakan
rasio antara waktu pemrosesan dengan total waktu siklus.
MCE =
Waktu pemrosesan
Total waktu siklus
Langkah-langkah dalam Analisis Teori
Kendala
Lima langkah dalam analisis TOC, yaitu :
1.
Mengidentifikasi kendala
2.
Menentukan bauran produk yang paling
menguntungkan untuk setiap kendala
3.
Memaksimalkan arus yang melalui kendala
4.
Menambah kapasitas pada kendala
5.
Mendesain ulang proses produksi untuk
mempercepat flexibilitas dan waktu siklus
TOC
adalah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengatur kendala dalam
proses produksi sehingga dapat mempercepat arus produk dalam pabrik. Karena
perhatian pihak manajemen, perusahaan memutuskan untuk melakukan analisis TOC.
Langkah I : Mengidentifikasi kendala
Akuntan
manajemen bekerja bersama manajer produksi dan manajer teknik untuk
mengindentifikasi kendala-kendala yang bersifat mengikat dengan cara
menggunakan Diagram jaringan (Network Diagram),yaitu merupakan flowchart dari
pekerjaan yang menunjukkan urutan proses dan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
setiap proses.
Diagram Jaringan meliputi enam proses
produksi :
Proses 1 : Menerima dan menginspeksi
bahan baku
Proses 2 : Mencampur bahan baku
Proses 3 : Inspeksi kedua
Proses 4 : Pengisian dan pengemasan
Proses 5 : Inspeksi Tiga
Proses 6 : Pemberian label
Analisis
tugas (task analysis), yang menggambarkan aktivitas dari setiap proses
secara rinci, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang
mengikat.
Langkah 2 : Menentukan Bauran Produk
yang Paling Menguntungkan untuk Setiap Kendala.
Akuntan
manajemen menentukan bagaimana memanfaat sumber daya perusahaan paling efisien.
Pendekatan yang digunakan agak berbeda tergantung apa perusahaan menghasilkan satu produk atau
dua produk atau lebih (seperti pada SPI). Jika perusahaan mempunyai satu
produk, akuntan manajemen mencari cara untuk memaksimumkan aliran produksi
dengan kendala yang ada.
Untuk memaksimumkan aliran dalam kendala
yang mengikat :
a.
Menyederhanakan operasi yang menyebabkan
pemborosan :
1 Menyederhanakan
desain produk
2 Menyederhanakna
proses produksi/pengolahan.
b.
Mencari cacat kualitas dalam bahan baku
yang menyebabkan keterlambatan.
c.
Menurunkan waktu setup.
d.
Menurunkan kelambatan lain yang terkait
dengan aktivitas yang tidak terjadwal dan tidak bernilai tambah, seperti
inspeksi atau kerusakan mesin
e.
Menyederhanakan kendala mengikat dengan
cara mengubah semua aktivitas dari kendala yang tidak mengurai fungsi operasi.
Langkah 3 : Memaksimalkan Arus yang Melalui Kendala
Tujuannya
untuk mengelola aliran produksi yang masuk dan keluar dalam kendala yang
mengikat utnuk melancarkan aliran produk dalam pabrik. Alat penting untuk
mengelola aliran produk dalam konteks ini adalah Drum-buffer-rope (DBR)
system, yaitu merupakan suatu sistem untuk menyeimbangkan aliran produksi
melalui kendala yang mengikat (binding constraint), sehingga mengurangi
jumlah persediaan pada kendala dan meningkatkan produktifitas secara keseluruhan.
Lima tahap prose pemanufakturan :
Proses 1 : Membuat ‘earpiece’
untuk layak untuk telinga pelanggan
Proses 2 : Menguji dan memasang unit
microphone
Proses 3 : Menguji dan memasang
elektronik lainnya
Proses 4 : Perakitan akhir dan pengujian
akhir
Proses 5 : Pengemasan dan pemberian
label untuk pengangkutan
Langkah 4 : Menambah kapsitas pada
kendala
Untuk sebagai ukuran jangka panjang
untuk mengurangi pemborosan dan memperbaiki ‘througput’ manajemen harus
mempertimbangkan tambahan kapasitas untuk kendala mengikat, dengan menambah
atau memperbaiki mesin dan/atau menambah tenaga kerja langsung.
Langkah 5 : Mendesain Ulang Proses
Produksi untuk Mempercepat Fleksibilitas dan Waktu Siklus
Suatu respons stratejik yang paling
lengkap untuk situasi pemborosan adalah merancang ulang proses produksi, yang
meliputi pengenalan teknologi pemanufakturan baru, menghilangkan hal-hal yang
menyulitkan produksi, dan mendesain ulang beberapa produk sehingga lebih mudah
diproduksi.
Laporan Teori Kendala
Perusahaan
yang berfokus pada perbaikan waktu siklus, penghapusan kendala, dan perbaikan kecepatan
pengiriman, ukuran-ukuran evaluasi kinerja juga berfokus pada faktor-faktor
penentu keberhasilan (critical succes factors – CSF). Pendekatan yang
umum adalah melaporkan margin, selain laporan tentang data operasional terpilih
dalam laporan teori kendala.
ABC dan Teori Kendala
Dalam
perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity-based costing – ABC)
biasanya digunakan oleh perusahaan yang menggunakan metode manajemen biaya
seperti perhitungan biaya berdasarkan target dan toeri kendala. ABC digunakan
untuk menilai profitabilitas produk, seperti halnya TOC. Perbedaannya adalah
bahwa TOC menggunakan pendekatan jangka pendek dalam melakukan analisis
profitabilitas, sementara ABC menggunakan analisis jangka panjang.
2. PERHITUNGAN BIAYA BERDASAR SIKLUS
HIDUP
Metode
manajemen biaya cenderung hanya memfokuskan pada biaya produksi, biaya hulu dan
biaya hilir bisa jadi mempunyai porsi yang signifikan dari ‘total life cycle
cost’ khususnya untuk industri-industri tertentu :
3 Industri
dengan porsi biaya hulu dan biaya hilir yang tinggi :
Farmasi dan Produsen Mobil
4 Industri
dengan porsi biaya hulu tinggi :
Software Komputer dan Peralatan Medis dan
Industri Khusus
5 Industri
dengan porsi biaya hilir yang tinggi :
Eceran dan
Parfum, Kosmetik, dan Perlengkapan Toilet.
Pentingnya Desain
Dalam pengungkapan diatas bahwa penting
bagi manajer untuk mempertimbangkan biaya hulu dan hilir, demikian pula
pengambilan keputusan pada tahap desain merupakan sesuatu yang kritis (penting). Keputusan
pada tahap desain membawa
pada rencana produksi, pemasaran dan pelayanan tertentu. Oleh, karena itu biaya
desain menentukan biaya lainnya yang dikeluarkan selama siklus hidup produk
tersebut.
Faktor
keberhasilan kritis ‘ Critical Succes Factors’ pada tahap desain adalah :
1. Mempercepat
waktu pelucuran ke pasar
Dalam lingkungan
yang kompetitif, dimana kecepatan pengembangan produk dan kecepatan pengiriman
merupakan sesuatu yang kritis, upaya untuk menurunkan waktu peluncuran ke pasar
menduduki prioritas pertama.
2. Menurunkan
biaya layanan/perbaikan yang diharapkan.
Dengan desain
yang baik dan sederhana dan penggunaan komponen modular yang dapat
ditukar-tukar, biaya pelayanan yang diharapkan dapat berkurang banyak.
3. Mempermudah
produksi.
Untuk mengurangi
biaya produksi dan waktu produksi, desain harus dibuat sedemikian rupa sehingga
produk mudah dibuat.
4. Merencanakan
dan mendesain proses.
Rencana proses
produksi harus dibuat fleksibel, sehingga memungkinkan dilakukan setup secara
cepat dan
perubahan produk dengan menggunakan konsep pemanufakturan yang cerdas’ computer-integrated
manufacturing’, computer-assisted design’ dan concurrent engineering’.
Karakteristik Empat Metode Desain
1. Basic
engineering, merupakan metode dimana perancang produk bekerja secara
terpisah dari pemasaran dan produksi untuk mengembangkna desain dari rencana
dan spesifiksi khusus.
2. Prototyping,
merupakan metode dimana model fungional dikembangkna dan diuji coba oleh para
tehnisi dan pemakai yang dipilih untuk percobaan.
3. Templating,
merupakan metode desain diman produk yang ada saat ini ditambahi atau dikurangi
supaya sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan dalam produk baru
4. Conccurent
Engineering atau ‘simultaneous engineering’, merupakan
pendekatan dimana desain produk diintegrasikan dengan pemasaran dan produksi
dalam siklus hidup produk (product life cycle)
Perhitungan Biaya Menurut Siklus Hidup
pada Perusahaan Pembuat Peranti Lunak
Perhitungan
biaya menurut siklus hidup, dapat dilihat pada perusahaan pengembang peranti
lunak Analytical Decisions, Inc. (ADI), yang menyediakan peranti lunak khusus
bank dan lembaga keuangan lainnya untuk digunakan dalam analisis cadangan
kerugian piutang pinjaman dan perencanaan potofolio pinjaman. ADI mempunyai dua
produk, yaitu ADI-I untuk bank-bank besar dan ADI-2 untuk bank-bank kecil dan
tabungan serta pinjaman.
Perhitungan Biaya Menurut Siklus
Hidup untuk Analytical Decisions, Inc. (ADI)
ADI-1 ADI-2 TOTAL
Penjualan
$4.500.000 $2.500.000 $7.000.000
Harga Pokok Penjualan $1.240.000(-) $1.005.000(-) $2.245.000(-)
Laba
Kotor $3.260.000 $1.495.000 $4.755.000
Penelitian dan Pengembangan $1.550.000 $
600.000 $2.150.000
Penjualan dan Perbaikan
$1.450.000(-) $ 400.000 (-) $1.850.000(-)
Laba
sebelum Pajak $
260.000 $ 495.000 $ 755.000
Dalam analisis ini dapat dilihat dengan
jelas bahwa biaya selama siklus hidup yang merupakan produk yang lebih
menguntungkan adalah ADI-2, hal ini dikarenankan sebagian besar biaya
penelitian dan pengembangan serta biaya penjualan dikeluarkan untuk ADI-1.
Contohnya, rasio antara biaya penelitian
dan pengembangan, biaya
penjualan, dan
biaya pelayanan terhadap pendapatan penjualan lebih besar untuk ADI-1 (67%;
$3.000.000/$4.500.000) dibandingkan denan ADI-2 (40%;$1.000.000./$2.500.000).
Maka manajemen harus menyelidiki apakah
biaya-biaya yang lebih tinggi tersebut disebabkan oleh karakteristik pelanggan
yang berbeda atu masalah-masalah kualitas pada ADI-1. Hal ini menyebabkan
manajer dapat menggunakan bagian-bagian biaya selama siklus hidup produk untuk
mencari peluang penghematan biaya.
3. PENETAPAN HARGA PRODUK MENGGUNAKAN
SIKLUS HIDUP PRODUK
Penetapan
harga berdasarkan biaya adalah pendekatan yang umum digunakan oleh perusahaan
manufaktur maupun perusahaan jasa. Perusahaan yang bersaing dalam hal
kepemimpinan biaya menggunakan informasi biaya untuk meningkatkan efisiensi
operasi dan mengurangi biaya serta harga. Harga ditetapkan oleh para produsen
yang paling efisien, yaitu yang paling dapat mengurangi biaya-biaya.
Sebaliknya, perusahaan yang bersaing dalam hal diferensiasi memiliki
pertimbangkan lebih dalam menetapkan harga. Yang tujuannya adalah untuk
meningkatkan laba dengan menetapkan harga awal yang tinggi untuk pelanggan yang
bersedia membayar, diikuti harga yang lebih rendah untuk pelanggan yang sangat
memerhatikan biaya yang disebut skimming.
Informasi
yang digunakan untuk penetapan harga umumnya dibuat berdasarkan satu dari empat
metode berikut, yaitu :
6
Biaya Produksi Penuh Ditambah Markup,
yaitu perusahaan yang menentukan biaya produksi penuh (total biaya produksi
tetap dan variabel) dan menambahkan presentase markup untuk menutup biaya
operasi lain ditamba laba. Persentase markup dapat ditentukan oleh praktik
industri, pertimbangan, atau tingkat laba yang diharapkan.
7
Biaya Selama Siklus Hidup Ditambah
Markup, yaitu adanya pendekatan siklus hidup untuk penetapan harga dengan
menggunakan biaya siklus hidup penuh bukan hanya biaya produksi saja.
8
Biaya Produksi Penuh dan Persentase
Margin Kotor yang Diinginkan, yaitu harga yang ditentukan sedemikian rupa
sehingga dicapai suatu persentase margin kotor yang diinginkan.
9
Tingkat Imbal Hasil Aktiva yang
Diinginkan, yaitu pendekatan penetapan harga lainnya yang umum digunakan adalah
dengan menetapkan harga untuk mencapai tingkat imbal hasil atas aktiva yang
diinginkan.
3. PENETAPAN HARGA STRATEGIS PADA
TAHAP-TAHAP SIKLUS HIDUP PENJUALAN
Penentuan
harga jual stratejik dan pengembangan sistem manajemen biaya yang tepat
tergantung pada posisi produk atau jasa dalam tahap-tahap siklus penjualan (sales
life cycle). Hal ini dapat dilihat
dari beberapa fase berikut ini, yaitu :
Fase 1 :
Pengenalan Produk
Tahap pertama ini terdapat
sedikti persaingan, dan penjualan perlahan-perlahan mengalami peningkatan karena pelanggan
mulai sadar akan adanya produk atau jasa baru. Biaya relatif tinggi karena
tingginya pengeluaran untuk riset dan pengembangan dan biaya modal untuk
memasang fasilitas produksi dan upaya pemasan. Harga relatif tinggi karena
adanya diferensiasi produk dan biaya tinggi pada tahap ini. Variasi produk terbatas.
Fase 2
: Pertumbuhan
Penjualan mulai
tumbuh secara tepat dan variasi produk meningkat. Produk sedang menikmati
manfaat dari adanya diferensiasi. Persaingan semakin meningkat dan harga mulai
lunak.
Fase 3 :
Kematangan
Penjualan terus
meningkat, tetapi dengan tingkat kenaikan yang menurun. Ada pengurangan
persaingan dan variasi produk. Harga juga tetap lunak, dan diferensiasi tidak
lagi penting. Persaingan berdasarkan biaya, persaingan kualitas dan
fungsionalitas tidak dapat diubah.
Fase 4 :
Penurunan
Penjualan mulai
menurun, demikian pula jumlah pesaing. Harga menjadi stabil. Menekankan pada
kembalinya diferensiasi. Perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan yang
dapat melakukan diferensiasi pada produk mereka, mengendalikan biaya, kualitas
pengiriman yang baik, dan pelayanan yang baik. Pengendalian terhadap biaya dan
jaringan distribusi yang efektif merupakan kunci untuk terus dapat bertahan.
Pada fase pertama fokus manajemen adalah
desain, diferensiasi,dan pemasaran. Fokus manajemen berubah ke arah
pengembangan produk baru dan strategi penentuan harga jual sejalan dengan
berkembangnya persaingan pada tahap ke dua. Pada fase ketiga dan ke empat,
perhatian manajemen berubah ke arah pengendalian biaya, kualitas, dan jasa
sejalan dengan semakin kompetitifnya pasar.
Dari rangkuman yang dilihat, bahwa
strategi prusahaan untuk produk dan jasa berubah selama siklus penjulan produk
(sales life cycle), dari diferensiasi pada fase awal ke arah keunggulan
biaya pada fase terakhir.
Referensi :
1
Blocher.”Manajemen Biaya, penekanan strategis, . penerbit Salemba Empat,2011.”
2
Hansen & Mowen. ”Manajemen Biaya. . penerbit Salemba Empat,2000.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar