1.
SISTEM
PERHITUNGAN BIAYA PRODUK
Menentukan biaya yang akurat dari
suatu produk atau jasa sangatlah penting bagi keberhasilan perusahaan di sebahagian besar
industri. Sebagai contoh smith fabrication Inc di Kent Washington menggunakan
sistem perhitungan biaya produk untuk memperkirakan biaya dan membebankan
pelanggan atas produk logam lembaran yang disediakan bagi produsen lain dalam
industri produk produk penerbangan computer, telekomunikasi, dan kesehatan.
Metode perhitungan produk biaya produk yang digunakan memberikan nilai
kompetitif, yaitu melalui penyediaan informasi biaya akurat dalam bentuk yang
mudah dimengerti oleh pelanggan. Demikian pula Kurtz industries menawarkan
harga yang kompetitif atas jasa pemrosesan menggunakan mesin melalui penggunaan penghitungan
biaya produk berdasarkan harga pasar wajar.
Apa yang telah disadari oleh
perusahaan perusahaan ini dan perusahaan-perusahaan lainnya adalah metode
perhitungan biaya yang sederhana, namun akurat memiliki peran yang sangat
penting dalam keberhasilan kompetitif mereka. Contoh lainnya adalah pembangunan
dan renovasi rumah, dimana penghitungan biaya produk adalah sangat penting
untuk memperkirakan biaya dan menetapkan harga pesanan.
Smith fabrication, Kurtz Industries,
dan banyak pembangunan rumah lainnya menggunakan perhitungan biaya produk yang
disebut dengan sistem penghitungan biaya yang berdasarkan pesanan (job costing
system). Perhitungan biaya berdasarkan pesanan adalah salah satu dari beragam
sistem perhitungan biaya yang dapat digunakan perusahaan. Sistem perhitungan
biaya berdasarkan pesanan khususnya cocok untuk perusahaan yang memproduksi
produk berdasarkan pesanan (made to order product) seperti pemrosesan menggunakan mesin
(machining) pengerjaan logam (metal working) dan pembangunan rumah. Pembuatan
produk atau jasa berdasarkan pesanan spesifik pelanggan. Hal ini berbeda dengan
perusahaan yang memproduksi barang dalam jumlah besar untuk dijual kepada
pedagang grosir dan ritel. Perusahaan-perusahaan ini tidak secara langsung
berhubungan dengan konsumen akhir. Perusahaan pengemas botol soda, pemroses
makanan, dan produsen perlengkapan kamar mandimerupakan contoh yang tepat.
Jenis-jenis perusahaan yang disebut terakhir memiliki orientasi produksi pada
proses dibandingkan pesanan pelanggan. Berdasarkan konsep biaya penerapan
perhitungan biaya berdasarkan pesanan digunakan pada saat mudah untuk
menelusuri biaya bahan bakku dan biaya tenaga kerja untuk tiap pesanan
pelanggan. Dalam perusahaan yang berorientasi pada proses. Biaya biasanya
ditelusuri ke departemen produksi dan kemudian dialokasi kemasing-masing
produk.
Perhitungan
biaya produk (product costing) adalah proses pengumpulan pengelompokan dan
pembebanan biaya biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik
pada produk dan jasa. Perhitungan biaya produk memberikan informasi biaya yang
berguna bagi perusahaan manufaktur maupun perusahaan nonmanufaktur. Berikut
perbedaan antara Job order cost dan Process cost system. Pengertian : Biaya
pesanan, merupakan suatu sistem pengumpulan biaya produksi yang didasarkan pada
produk yang dipesan oleh pelanggan. Dengan demikian maka produk yang
dihasilkanpun merupakan produk yang spesifikasinya berdasarkan pada si pemesan.
Harga pokok perunit produk merupakan total biaya produksi atas produk yang
dipesan dibagi dengan jumlah produk pesanan tersebut.
2.
SEKILAS SISTEM PESANAN
Karakteristik Perusahaan yang berbasis Pesanan.
Pada perusahaan-perusahaan yang
menggunakan basis harga pokok pesanan perhitungan biaya-biaya yang timbul dapat
didasarkan pada biaya-biaya yang timbul selama proses produksi (historical
cost) ataupun biaya yang ditentukan dimuka (predetermine cost).
Ciri utama persahaan yang
menggunakan sistem ini adalah:
1. Proses
produksi yang tidak kontinyu, oleh karena belum tentu pesanan suatu produk
diperoleh secara terus menerus dengan spesifikasi yang sama.
2. Produk
yang dihasilkan disesuaikan dengan spesifikasi produk yang dipesan oleh
langganan.
3. Proses
produksi semata-mata ditujukan pada pemenuhan pesanan pelanggan bukan untuk
pemenuhan persediaan .
3.
Perhitungan Harga Pokok Pesanan.
Untuk menentukan besarnya harga
pokok pesanan, perusahaan biasanya melakukan :
1. Memproduksi
produk dengan beragam jenis kemudian menghitung biayanya berdasarkan jenis
tersebut
2. Menghitung
biaya produksi, dalam hal ini maka biaya-biaya yang timbul lebih relevan digolongkan atas dasar
hubungannya dengan produk, dengan konsep biaya ini maka biaya dapat
dikelompokkan atas 2 kelompok besar yaitu ; biaya produksi langsung dan biaya
produksi tidak langsung.
3. Harga
pokok perunit produk yang ditawarkan didasarkan pada total biaya produksi
dibagi dengan jumlah unit yang dihasilkan.
4. Arus
Biaya
Sistem akuntansi biaya pesanan
menghendaki adanya informasi biaya untuk tiap-tap pesanan. Semua biaya
sehubungan dengan proses produksi dikumpulkan menurut pesanan (pekerjaan) sesuai dengan kartu pesanan.
Disamping itu arus masuk keluarnya biaya dalam proses produksi harus dicatat.
Untuk itu didalam buku besar perusahaan dibuatkan perkiraan teersendiri yang
diberi nama : Pekerjaan dalam Proses. Dengan cara ini, biaya produksi dapat
diketahui setiap saat., yaitu dengan melihat catatan dalam account Persediaan dalam
Proses.
Berikut ini diilustrasikan arus
biaya didalam sistem akuntansi biaya pesanan.
1.
Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong.
Anggaplah bahwa selama bulan juni
1996 dibeli bahan baku dan bahan penolong seharga Rp 22.000.000,-. Potongan
pembelian, retur pembelian dan pengurangan harga serta transaksi-transaksi lain
yang berhubungan dengan pembelian tersebut diabaikan dalam contoh ini. Maka
ayat jurnal atas transaksi tersebut adalah :
Persediaan Bahan Baku dan
Penolong.................Rp 22.000.000
Hutang
Dagang........................................................Rp 22.000.000
Ayat jurnal
tersebut diatas merupakan gabungan transaksi selama satu bulan, namun setiap
terjadi kali terjadi transaksi seharusnya dilakukan jurnal.
2.
Pemakaian Bahan Baku dan Penolong.
Anggaplah bahwa selam bulan juni
1996 pemakaian bahan baku dan bahan penolong masing-masing berjumlah Rp
15.000.000,- dan Rp 5.000.000,-. Maka ayat jurnal penggunaan bahan baku dan
penolong (selama bulan juni) ini adalah sbb:
Persediaan dalam proses.....................Rp 15.000.000
Persediaan dalam proses.....................Rp 15.000.000
Biaya
Overhead....................................Rp
5.000.000
Persediaan Bahan Baku
dan Penolong.............Rp 20.000.000
Pemakaian bahan
baku dibuatkan suatu bukti (dokumen) yang disebut Bukti pengeluaran bahan (Matrial’s
Requisition). Dan atas dasar dokumen ini maka penggunaan bahan baku dan
penolong dicatat didalam buku yang disebut Buku Pengeluaran Bahan (Matrial’s
Requisition Journal). Bentuk dokumen dan buku tersebut dapat dilukiskan
sbb:
Bukti Pengeluaran Bahan
No Pesanan: 101
No Bukti : 001
Tanggal : 2/ 6/ 1996
|
|||||
No.
Jenis
|
Nama Bahan
|
Jml
Unit
|
Harga Pokok
Perunit
|
Total
|
|
K.47
|
Kertas HVS 80 gr
|
20 rim
|
Rp 25.000
|
Rp 500.000,-
|
|
T.28
|
Tinta parker
|
10 btl
|
Rp 15.000
|
Rp 150.000,-
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Rp 650.000,-
|
||||
|
|||||
Diminta oleh
:
Disetujui oleh
:
|
Dikeluarkan oleh :
Diterima oleh :
|
||||
Buku
Pengeluaran Bahan
|
||||
Tgl
|
No.Bukti
|
Keterangan
|
Bahan Baku
|
Bahan Penolong
|
Jun 2
|
001
|
Pekerjaan No: 101
|
Rp 500.000
|
Rp 150.000
|
4
|
002
|
Pekerjaan No: 102
|
Rp 300.000
|
Rp 50.000
|
5
|
003
|
Pekerjaan No: 103
|
Rp 800.000
|
Rp 250.000
|
5
|
004
|
Pekerjaan No: 101
|
Rp 100.000
|
Rp 50.000
|
|
|
|
|
|
|
|
Dst
|
|
|
3.
Pemakaian Tenaga Kerja
Anggaplah bahwa gaji dan upah yang
telah dan yang masih harus dibayar selama bulan juni 1996 berjumlah Rp
13.000.000. Jumlah ini terdiri dari gaji dan ipah langsung Rp 10.000.000,- dan
buruh tidak langsung Rp 3.000.000,-
Maka atas transaksi ini dilakukan
jurnal sbb:
Gaji dan
Upah.......................Rp 13.000.000
Kas/Hutang........................................Rp
13.000.000,-
4.
Pembebanan Biaya Gaji dan Upah
Alokasi biaya gaji dan upah kedalam biaya
produksi adalah sbb:
Persediaan Dalam
Proses..................Rp 10.000.000
Biaya
Overhead...................................Rp
3.000.000
Gaji dan
Upah....................................................Rp 13.000.000
5.
Pemakaian Biaya Overhead
Jika selama bulan juni biaya
overhead yang masih harus dibayar adalah; biaya mandor Rp 1.000.000,- biaya
listrik, air, dan telepon Rp 500.000,- dan biaya penyusutan Rp 5.000.000,-
serta biaya overhead lainnya Rp 4.000.000,- maka ayat jurnal untuk mencatat
transaksi ini adalah :
Biaya Overhead...................Rp
10.500.000
Kas/Hutang.......................................Rp
5.500.000,-
Akumulasi
Penyusutan.....................Rp
5.000.000,-
6.
Pembebanan Biaya Overhead
Jika pembebanan
biaya overhead didasarkan pada taksiran biaya buruh misalkan 80% maka overhead
yang dibebankan adalah sebesar 80% x jml upah buruh, maka 80% x Rp 13.000.000 = Rp 10.400.000,-. Maka ayat
jurnal atas pembebanan overhead adalah :
Persediaan dalam
Proses.......................Rp 10.400.000
Biaya
Overhead...................................................Rp 10.400.000,-
Setelah ayat
jurnal ini maka pada perkiraan overhead akan terlihat selisih antara pembebanan
biaya overhead dan biaya overhead sesungguhnya :
F O H
Rp
10.500.000 Rp 10.400.000
Selisih Rp
100.000 dapat dibebankan ke harga pokok penjualan dengan jurnal :
Harga pokok Penjualan
........................Rp 100.000
Biaya Overhead........................................Rp
100.000
7.
Pencatatan Harga Pokok Barang Jadi
Nggaplah bahwa pekerjaan yang telah
diselesaikan adalah sebesar Rp 30.000.000, maka ayat untuk mencatat
penyelesaian ini adalah :
Persediaan
barang jadi..........................Rp 30.000.000,-
Persediaan dalam
Proses..................................Rp 30.000.000
8.
Pencatatan Harga Pokok Penjualan
Jika selam bulan juni telah dijual
produk tersebut sebesar Rp 50.000.000, dengan harga pokok Rp 25.000.000 maka
ayat jurnal untuk mencatat transaksi ini :
Harga Pokok
Pesanan.....................Rp 25.000.000
Persediaan barang
jadi......................Rp 25.000.000
5. Kartu
Pekerjaan
Job order cost sheet atau
kertas kerja pesanan dapat disusun untuk masing-masing no. Pesanan seperti
contoh berikut :
Order No : 101
Dikerjakan tgl :
Spesifikasi :
Diselesaikan tgl :
Jumlah :
|
||
Jenis Biaya
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1. Bahan Baku
|
Rp 15.000.000
|
|
2. Tenaga Kerja
|
Rp 10.000.000
|
|
3. Overhead
|
Rp 10.400.000
|
|
Total
|
Rp 35.400.000
|
|
6. SEKILAS SISTEM PROSES
PENDAHULUAN
Pada sistem biaya proses, biaya
diakumulasikan menurut masing-masing departemen, pusat biaya atau proses. Biaya
unit rata-rata untuk satu hari, seminggu atau setahun diperoleh dengan
membagi biaya departemen dengan jumlah unit (ton, kg dsb) yang dihasilkan
selama periode bersangkutan.
Sistem biaya pemerosesan ditetapkan
di mana produksi dilakukan dengan metode produksi massal atau proses secara
sinambung. Diantara industri yang menerapkan sistem biaya proses misalnya
industri kertas, baja, bahan kimia, dan tekstil. Aneka industri yang menerapkan
proses perakitan seperti industri mobil, mesin cuci, dan alat-alat listrik pada
umumnya juga menerapkan sistem biaya proses.
AKUMULASI BIAYA
Dalam suatu
biaya proses, harus dikembangkan prosedur untuk :
(1) Mengumpulkan
biaya bahan, upah tenaga kerja dan overhead pabrik menurut departemennya.
(2) Menentukan
biaya unit untuk masing-masing departemen
(3) Mengalihkan
biaya dari satu departemen ke departemen berikutnya
(4) Membebankan
biaya kepada pekerjaan dalam proses
Untuk mudahnya,
pembahasan tentang akumulasi biaya akan difokuskan kepada masing-masing
departemen, dan bukan kepada pusat-pusat biaya (cost centers) atau
masing-masing proses. Namun ada kemungkinan terdapat dua atau lebih jenis
proses yang diselenggarakan pada satu departemen (dan karena itu akan terdapat
lebih dari satu pusat biaya dalam satu departemen). Dalam keadaan demikian ada
kemungkinan biaya akan banyak bervariasi pada masing-masing pusat biaya,
sehingga dalam praktek biaya itu diakumulasikan menurut pusat-pusat biaya
ataupun menurut masing-masing departemennya.
Akumulasi biaya dalam buku perkiraan diperincikan
dibawah ini :
1.
Biaya Bahan (material
cost). Pada suatu sistem biaya proses, banyaknya permintaan
(requitions) atau pembebanan biaya bahan jauh lebih kecil dari pada sistem
biaya pekerjaan pesanan, karena biaya beberapa industri, tipe dan kuantitas
bahan dapat dispesifikasikan dengan rumus atau spesifikasi rekayasa
(engineering specification). Bilamana terdapat penggunaan bahan-bahan yang sama
selama terus menerus, maka jumlah penggunaan per hari atau per minggu dapat
diperoleh dari laporan penggunaan (consumption reports) dan bukan terutama dari
surat-surat permintaan bahan. Maka ayat jurnal untuk pembebanan biaya bahan
akan menjadi :
Barang dalam proses, bahan ,
Dept. A 21.000
Bahan
baku
21.000
Ada sementara perusahaan yang menggunakan ayat
jurnal yang agak berbeda yaitu :
Bahan dalam proses, Dept. A 21.000
Gudang
21.000
2.
Biaya tenaga kerja. Data
akumulasi biaya upah menurut departemen juga kurang terperinci dibandingkan
dengan pengumpulan biaya menurut masing-masing pekerjaan pada sistem biaya
pekerjaan pesanan. Biaya tenaga kerja masing-masing departemen dapat
diikhtisarkan dalam jurnal pembebanan upah sebagai berikut :
Pekerjaan dalam proses, Tenaga
kerja-Dept. A 12.000
Pekerjaan dalam proses, Tenaga kerja-Dept. B 4.000
Upah
16.000
Ayat ini juga dapat ditulis sebagai berikut :
Tenaga kerja dalam proses-Dept. A 12.000
Tenaga
kerja dalam proses-Dept. B 4.000
Upah
16.000
3.
Biaya Overhead Pabrik.
Terdapat banyak perbedaan antara kalkulasi biaya pekerjaan pesanan dan
kalkulasi biaya proses dibandingkan dengan perbedaan biaya bahan dan tenaga
kerja terutama pada biaya overhead. Pada umumnya industri yang produksinya mass
product akan lebih tepat menerapkan biaya proses, karena produksinya
dihasilkan untuk persediaan dan bukanlah untuk memenuhi suatu pesanan khusus.
Ayat jurnal pembebanan overhead adalah :
Barang dalam proses, Overhead pabrik
–Dept. A 18.000
Barang dalam proses, Overhead pabrik –Dept. B 8.000
Pengendalian overhead
pabrik
26.000
Cara lain adalah :
Overhead dalam proses-Dept. A 18.000
Overhead dalam proses-Dept. B
8.000
Overhead Pabrik 26.000
Apabila biaya overhead pabrik
terakumulasi secara seimbang sepanjang tahun, ataupun dengan taraf normal dari
bulan ke bulan, kebanyakan perusahaan membebankan biaya overhead yang
sebenarnya. Namun, bilamana terdapat fluktuasi dalam produksi dari bulan ke
bulan, hal ini menyebabkan kekeliruan (distorsi) jumlah overhead yang dibebankan
pada produksi. Maka seringkali digunakan suatu tingkat overhead yang tetap,
yang didasarkan kepada kegiatan (operation) tahunan, hal ini dilakukan untuk
menghindarkan kesulitan yang timbul karena pembebanan overhead yang didasarkan
kepada jumlah produksi bulanan yang berakibat pada distorsi pembebanan
overhead.
PENGALIHAN ANTAR DEPARTEMEN
Sistem biaya proses biasanya
diterapkan apabila barang-barang produksi memerlukan beraneka jenis kegiatan,
yang diselenggarakan pada dua atau lebih banyak departemen atau pusat biaya.
Misalnya, kegiatan awal diselenggarakan pada Dept. A seperti misalnya
pembubutan atau pembauran bahan. Setelah proses itu selesai, unit-unit
dialihkan (transfer) kepada Dept. B, misalnya, untuk proses perakitan atau
penyelesaian. Lalu setelah selesai, barang dialihkan kepada persediaan barang
jadi (Finished goods inventories).
Contoh 1
(dalam ribuan rupiah)
PT cahaya mebuat produk X yang
memerlukan pemerosesan pada Dept. A dan Dept. B. Selama bulan Juli 2002, 5.000
unit dimulai produksinya yang selesai dalam sebulan itu. Biayanya adalah
sebagai berikut : Bahan Rp. 20.000, upah langsung Rp. 18.000 dan overhead
pabrik Rp. 12.000. perhitungannya adalah sbb. :
Pekerjaan dalam proses- Dept. A
Jumlah Biaya Biaya Unit
Bahan masuk produksi Rp.
20.000 Rp.
4
Upah tenaga kerja langsung
Rp. 18.000 Rp. 3,6
Overhead pabrik
Rp. 12.000 Rp. 2,4
Jumlah biaya
Rp. 50.000 Rp. 10
Biaya
unit setiap kali diperoleh dengan membagikan jumlah biaya dengan jumlah unit
yang dibuat. Setelah selesai pemerosesan pada Dept. A, 5.000 unit
itu dialihkan kepada Dept. B
ARUS UNIT
Arus unit (dalam ukuran kuantitas)
sepanjang suatu sistem biaya proses dapat diikhtisarkan dengan rumus persamaan
sbb. :
Unit dalam proses awal
(+) unit yang mulai masuk proses
atau yang ditransfer
(=) unit yang dialihkan keluar
+ unit yang selesai dan masih tertahan
+ unit dalam proses akhir
Jika diketahui 4 unsur seperti pada
persamaan itu, maka unsur yang belum diketahui dapat dihitung berdasarkan rumus
persamaan itu. Perlu diingat bahwa belum tentu semua komponen akan terdapat
pada setiap situasi (misalnya tidak selalu terdapat unit dalam proses awal
periode bersangkutan ataupun unit yang selesai dan masih tertahan pada akhir
periode itu).
Contoh 2
Asumsikan bahwa PT Sentosa mempunyai
3.000 unit dalam proses awal bulan, dan dimasukkan 10.000 unit ke dalam proses
lalu terdapat 2.000 unit dalam proses pada akhir bulan. Seluruh unit yang
selesai telah dialihkan kepada Dept. B. Maka jumlah unit yang dialihkan
dihitung sbb. :
3.000 Unit dalam proses awal
10.000 Unit dimasukkan dalam proses
13.000 Unit tersedia
(2.000)
Unit masih dalam proses
11.000 Unit dialihkan kepada Dept. B
EKUIVALEN UNIT DALAM PRODUKSI
Jarang terjadi semua unit yang
dimasukkan dalam proses selama sebulan akan selesai dan dialihkan keluar pada
akhir bulan. Pada umumnya terdapat persediaan awal dan persediaan akhir dari
barang dalam proses yang berada pada berbagai tingkat penyelesaian pada setiap
akhir bulan.
Untuk membebankan biaya bilamana
terdapat persediaan barang yang baru diselesaikan sebagian, seluruh unit
(termasuk persediaan awal, barang yang telah dialihkan dan persediaan akhir)
harus dapat dinyatakan dalam bilangan unit yang telah selesai. Hal ini
dilakukan dengan bantuan suatu angka sebutan (common denominator), yang disebut
unit ekuivalen produksi atau ekuivalen produksi. Dengan menggunakan
angka ekuivalen produksi tsb., biaya unit untuk suatu bulan akan mencakup biaya
penyelesaian semua pekerjaan dalam proses yang terdapat pada awal bulan, serta
biaya yang telah dikeluarkan sampai saat itu berkenaan dengan pekerjaan dalam
proses pada akhir periode tsb.
Lazimnya diperlukan 2 rincian yang
terpisah dari ekuivalen produksi, pertama, mengenai bahan baku. kedua,
mengenai biaya konversi (tenaga kerja dan overhead) karena tingkat penyelesaian
kedua unsur ini jarang sekali sama.
Ada 2 metode pokok untuk
mengkalkulasikan biaya persediaan pekerjaan dalam proses, yaitu : (1)
perhitungan Average (biaya rata-rata) dan (2) kalkulasi biaya FIFO (First In
First Out = masuk awal, keluar awal). Diantara keduanya terdapat perbedaan
dalam format atau prosedurnya; perbedaan terutama berkaitan dengan cara
penanganan persediaan barang dalam proses.
Perhitungan
Biaya Rata-rata. Menurut metode ini, yang disebut juga kalkulasi
biaya rata-rata terbobot (weighted average costing), persediaan awal barang
dalam proses disatukan (mergered) dengan biaya selama periode yang baru, dan
diperoleh angka rata-rata yang baru. Dengan cara demikian, akan terdapat hanya
satu angka rata-rata untuk barang yang telah diselesaikan.
Unti ekuivalen produksi yang diperoleh
dengan kalkulasi biaya rata-rata dapat dijabarkan sbb. :
Unit yang selesai (termasuk yang
telah dialihkan dan yang masih tertahan) + (persediaan akhir barang dalam
proses x tingkat penyelesaian (%))
Metode ini didasarkan pada asumsi
bahwa seluruh persediaan awal barang dalam proses telah diselesaikan selama
periode bersangkutan.
Contoh 3
Data berikut menyangkut kegiatan pada Dept. A
selama bulan Mei :
Unit
Persediaan awal barang dalam proses
(100%
selesai unsur bahan dan 70 %
selesai
biaya konversi).................................. 16.000
Barang masuk
proses........................................ 172.000
Unit yang ditransfer ke Dept. B.......................... 160.000
Unit selesai masih
tertahan................................
8.000
Persedaiaan akhir barang dalam proses
(100%
selesai unsur bahan dan 60 %
selesai
unsur biaya konversi).......................... 20.000
Lalu ekuivalen produksi pada Dept. A untuk bulan
Mei dengan menerapkan kalkulasi biaya rata-rata dijabarkan sbb. :
Bahan Biaya Konversi
Unit selesai :
Ditransfer ke Dept. B....................... 160.000 160.000
Selesai
dan tertahan.......................
8.000 8.000
Persediaan akhir, jumlah unit selesai :
Unsur
bahan (100%).......................
20.000
Biaya
konversi (60%)...................... 12.000
Ekuivalen produksi 188.000 180.000
Dalam metode ini persediaan awal
barang dalam proses yang telah diselesaikan dalam bulan sebelumnya ditambahkan
pada jumlah produksi bulan berjalan. Akibatnya ialah sebagian persediaan awal
barang dalam proses untuk bulan sebelumnya dihitung 2 kali sebagai persedian
akhir barang dalam proses pada bulan Mei.
Biaya
FIFO. Dalam metode ini biaya persediaan awal barang dalam
proses dipisahkan dari biaya tambahan yang dibebankan dalam periode yang baru.
Dengan demikian akan terdapat 2 macam biaya unit untuk periode bersangkutan
yaitu : (1) persediaan awal barang dalam proses yang diselesaikan dan (2) unit
yang dimulai dan diselesaikan selama periode yang sama.
Menurut sistem FIFO persediaan awal
barang dalam proses diasumsikan telah diselesaikan dan ditransfer. Lalu
persediaan akhir barang dalam proses diasumsikan bersasal dari barang yang
dimasukkan kedalam produksi selama periode itu. Dengan demikian persediaaan
akhir barang dalam proses diperhitungkan atas dasar biaya unit periode tsb.,
sesuai dengan tingkat penyelesaiannya. Dalam penghitungan biaya FIFO unit
ekuivalen dijabarkan sbb.
Unit
Selesai (yang ditransfer dan yang tertahan)
(-)
Persediaan awal barang dalam proses (tanpa memperhatikan tingkat
penyelesaian)
(+) Jumlah
biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan persediaan awal
barang
dalam proses
(+) Jumlah
biaya penyelesaiaan persedaiaan akhir barang dalam proses
Contoh 4
Berdasarkan data yang sama
dengan contoh 3, dijabarkan ekuivalen produksi untuk Dept. A dengan metode FIFO
sbb:
Unit
Bahan Konversi
Unit selesai :
Ditransfer ke Dept. B 160.000 160.000
Selesai
dan tertahan
8.000 8.000
(-) Persediaan awal barang dlm proses (16.000) (16.000)
Dimulai dan
diselesaikan dlm periode ini
152.000 152.000
Penyelesaiaan unit persediaan awal :
Bahan
(0%)
0
Biaya konversi (30%) 4.800
152.000 156.800
Jmh biaya penyelesaian persediaan akhir
Bahan
(100%) 20.000
Biaya
konversi (60%)
12.000
Ekuivalen produksi 172.000 168.800
Ekuivalen produksi berdasarkan metode
FIFO dapat pula dihitung dengan cara mengurangi sebagian persediaan awal barang
dalam proses yang telah diselesaikan dalam bulan sebelumnya dari jumlah
produksi ekuivalen menurut metode kalkulasi biaya rata-rata :
Unit
Bahan Konversi
Ekuivalen produksi, perhitungan
biaya
rata-rata (contoh 3)
188.000 180.000
(-) persediaan awal brg dlm proses
(diselesaikan selama bln sebelumnya)
Bahan
(100%)
(16.000)
Biaya
konversi (70%) (11.200)
Ekuivalen Produksi, biaya FIFO 172.000 168.800
Metode FIFO lebih unggul daripada
metode biaya rata-rata, karena ia mengoreksi hitungan ganda yang diakibatkan
oleh pengalihan (carry over) jumlah barang dalam proses dari bulan sebelumnya.
Namun sekalipun terdapat cacat bahwa pada metode kalkulasi biaya rata-rata
tsb., metode ini umumnya diterapkan
dalam dunia usaha, karena perhitungan ganda itu hanya menyangkut sebagian kecil
yang tak berarti dari keseluruhan jumlah unit yang diproduksi.
LAPORAN BIAYA PRODUKSI
Laporan biaya produksi menunjukkan
seluruh biaya yang dapat dibebankan ke suatu departemen atau suatu pusat biaya
(cost center) untuk suatu periode tertentu. Karena tujuan utamanya ialah
pengendalian biaya, maka perlu disediakan data mendetail mengenai jumlah biaya
dan biaya unit. Lazimnya perincian biayanya mencakup setiap unsur biaya pada
masing-masing departemen (atau masing-masing pusat biaya). Laporan itu dapat
juga digunakan untuk dasar pencatatan (jurnal) pada akhir bulan.
Pada umumnya
laporan biaya produksi mencakup 4 bagian :
Kuantitas. Bagian
ini melukiskan arus fisik dari unit-unit keluar masuk pada masing-masing
departemen.
Produksi
Ekuivalen. Bagian ini menunjukkan: (1) unit dalam proses, yang
diubah dalam bilangan unit selesai dan (2) unit selesai yang aktual.
Biaya
yang harus diperhitungkan (cost to account for). Dalam bagian ini
diperhitungkan biaya : (1) barang dalam proses pada awal periode bersangkutan,
(2) barang yang ditransfer masuk dari departemen terdahulu dan (3) barang yang
ditambahkan pada departemen bersangkutan.
Biaya
yang telah diperhitungkan (cost accounted for). Dalam bagian ini
diperhitungkan penggunaan biaya yang dibebankan kepada departemen bersangkutan:
(1) ditransfer keluar departemen lainnya atau ke persediaan barang jadi (2)
telah diselesaikan dan tertahan atau (3) masih dalam proses pada akhir periode
bersangkutan. Perlu diperhatikan bahwa jumlah biaya yang harus diperhitungkan
mutlak harus sama dengan biaya yang telah diperhitungkan.
Laporan biaya produksi ada yang
sangat terrinci, dan yang hanya menunjukkan jumlah totalnya saja, tergantung
pada kebutuhan perusahaan atau keinginan manajemen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar