Sistem penentuan harga pokok tradisional, yang
mendasarkan pada volume sangat bermanfaat jika tenaga kerja langsung dan bahan
merupakan faktor yang dominan dalam produksi, jika teknologi stabil, dan jika
ada keterbatasan produk. Sistem penentuan harga pokok tradisional mengukur
sumber daya yang dikonsumsi dalam proporsi yang sesuai dengan jumlah produk
yang dihasilkan. Meskipun demikian, adanya revolusi yang terjadi dalam dunia
Bisnis, banyak sumber daya organisasional, seperti biaya setup atau biaya
penanganan bahan untuk aktivitas dan transaksi tidak mempunyai hubungan fisik
dengan volume produk yang diproduksi. Konsekuensinya, sistem harga pokok
tradisional merupakan sistem yang lemah untuk membebankan biaya pendukung atau
biaya penjualan ke produk. Biaya-biaya tersebut biasanya dialokasikan ke produk
dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berdasarkan unit atau volume, seperti jam
kerja langsung, biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin,
atau unit yang diproduksi. Biaya produk yang diperoleh dengan cara
mengalokasikan seperti itu akan terdistorsi, karena produk tidak mengkonsumsi sebagian
besar sumber daya pendukung tersebut dalam proporsi yang sesuai dengan volume
produksi yang dihasilkan.
Sistem
penentuan harga pokok tradisional tidak lagi mencerminkan bagaimana aktivitas
yang spesifik dalam pabrik yang terotomatisasi karena banyaknya kategori biaya.
Biaya produk biasanya dimonitor dari tiga komponen biaya : bahan langsung, tenaga
kerja langsung, dan overhead pabrik. Sistem penentuan harga pokok tradisional
dikembangkan saat komponen biaya langsung merupakan komponen utama yang
mendorong terjadinya biaya produksi. Sehingga focus sistem ini adalah
pengukuran dan pengendalian biaya tenaga kerja langsung. Overhead pabrik yang
didefinisikan sebagai kumpulan semua biaya produksi yang tidak dapat
diidentifikasikan secara langsung ke setiap produk, bukan merupakan elemen
biaya yang terbesar. Biaya tersebut meliputi biaya untuk pemeliharaan pabrik,
utilitas, asuransi dan gaji supervisor. Dalam lingkungan pemanufakturan yang
kontemporer, sebagian besar biaya yang berhubungan dengan otomatisasi pabrik
dimasukkan ke dalam rekening overhead pabrik: depresiasi dan asuransi peralatan
baru, gaji untuk teknisi dan perancang produk, dan biaya riset dan
pengembangan. Oleh karena itu, persentase biaya produksi total yang dihubungkan
dengan tenaga kerja langsung jadi menurun, dengan meningkatnya biaya overhead
pabrik tetap
Keterbatasan
utama dari sistem penentuan harga pokok tradisional adalah penggunaan tarif
departemental yang mendasarkan pada volume. Tarif ini menghasilkan biaya produk
yang tidak akurat jika sebagian besar biaya overhead pabrik tidak berhubungan
dengan volume, dan jika perusahaan menghasilkan komposisi produk yang
bermacam-macam dengan volume, ukuran dan kompleksitas yang berbeda-beda.
Sistem
perhitungan biaya berdasarkan volume ini memadai ketika :
1
teknologi stabil
2
ragam produk terbatas,
3
biaya tenaga kerja dan bahan baku
langsung mendominasi biaya produk.
Sistem perhitungan biaya berdasarkan volume tidak lagi
menjadi system perhitungan biaya produk yang akurat dan dapat diandalkan,
disebabkan :
1
perubahan dan kemajuan teknologi
produksi, seperti ; otomatisasi dalam produksi yang menyebabkan penurunan biaya
tenaga kerja dan meningkatkan overhead pabrik.
2
diversitas produk
3
kenaikan yang luar biasa dalam jumlah
dan kategori overhead, seperti; biaya persiapan, penanganan bahan baku, desain,
dan biaya penelitian dan pengembangan produk.
Tariff Tunggal dan
Tarif Departemental yang Berdasarkan Volume
Tarif
tunggal mengasumsikan bahwa semua produk atau jasa memperoleh manfaat overhead
pabrik dalam proporsi yang sama (sehingga hanya digunakan satu macam dasar
alokasi, misalnya jam kerja langsung). Metode tarif departemental menggunakan
tarif overhead yang ditentukan terlebih dahulu yang juga didasarkan pada volume
untuk setiap departemen. Oleh karena itu, biaya produk sepertinya sudah
mencerminkan pemakaian overhead pabrik yang berbeda-beda dibandingkan dengan
tarif tunggal. Tetapi tarif departemental juga masih tidak mempertimbangkan
biaya yang berubah karena aktivitas atau proses yang berbeda dalam suatu
departemen.
Dalam sistem penentuan harga pokok
tradisional, biaya overhead sering kali dialokasikan ke produk dengan
menggunakan jam kerja langsung atau biaya yang berdasarkan volume. Perusahaan
biasanya memperoleh tarif tunggal dengan cara membagi biaya overhead pabrik
yang dianggarkan dengan biaya tenaga kerja langsung yang dianggarkan. Satu
dekade yang lalu biaya overhead memang hanya sebesar 150% dari biaya tenaga
kerja langsung, sehingga pengalokasian atas dasar jam kerja langsung dianggap
wajar, tetapi sekarang ini biaya overhead pabrik besarnya sudah mencapai 600%
bahkan 1.000% dari biaya tenaga kerja langsung, terutama dalam pabrik-pabrik
yang sudah terotomatisasi. Dengan tarif tunggal, biaya overhead pabrik
dibebankan ke produk dengan cara mengalikan tarif tunggal dengan jam kerja
langsung yang digunakan oleh setiap produk.
Alokasi biaya
overhead seperti tersebut di atas di pabrik yang menggunakan otomatisasi dapat
menyebabkan distorsi yang serius. Untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik
berdasarkan biaya tenaga kerja langsung, kita harus mengasumsikan bahwa produk
dengan kandungan tenaga kerja langsung yang lebih tinggi bertanggung jawab terhadap
biaya overhead pabrik yang lebih besar, sehingga mereka dibebani alokasi biaya
overhead yang lebih besar. Tetapi dalam lingkungan yang terotomatisasi alokasi
overhead yang didasarkan pada tenaga kerja langsung dapat menyebabkan harga
pokok produk ditentukan terlalu tinggi bila produk mempunyai kandungan tenaga
kerja langsung yang tinggi, sebaliknya harga pokok produk akan ditentukan
terlalu rendah bila produk mempunyai kandungan tenaga kerja langsung yang
rendah. Dan lagi, karena biaya pengolahan tetap berkaitan dengan kelompok
produk, maka alokasi overhead produk ke setiap produk menjadi lebih sulit.
Volume, Ukuran dan
Kompleksitas yang Berbeda-beda
Distorsi
dari sistem biaya produk berdasarkan volume atau unit paling parah akan terjadi
dalam perusahaan yang menghasilkan bermacam-macam produk. Produk yang berbeda
dalam volume, ukuran dan kompeksitas akan mengkomsumsi sumber daya pendukung
dalam jumlah yang berbeda secara signifikan.
Sistem penentuan
harga pokok tradisional menggunakan ukuran yang berdasarkan unit atau volume
atau cost driver yang dapat mendistrosi ukuran persediaan. Sistem perhitungan
biaya berdasarkan volume output menyebarkan biaya secara merata sehingga setiap
objek biaya (produk maupun jasa) menerima jumlah yang sama.
Cooper menunjukkan
bagaimana sistem penentuan harga pokok tradisional terlalu tinggi menilai biaya
untuk produk yang berukuran besar, volume besar dan menilai biaya produk
terlalu rendah untuk produk yang berukuran kecil dengan volume sedikit jika
diversitas produk dalam operasi sama.
Sistem penentuan
harga pokok tradisional menggunakan ukuran yang berdasarkan unit atau volume
atau cost driver yang dapat mendistorsi ukuran persediaan (bahkan jika
standar akuntansi keuangan diterapkan secara sempurna). Distorsi ini dapat
membawa dampak pada strategi-strategi yang stratejik, seperti kekeliruan dalam
pengambilan keputusan tentang lini produk, penentuan harga jual yang tidak
realistis dan alokasi sumber daya yang tidak realistis.
Tarif
Biaya Overhead yang berlaku di seluruh pabrik
Dasar
yang dipilih untuk membebankan biaya overhead adalah total jam kerja langsung
atau biaya tenaga kerja langsung dari pabrik atau operasi.
Anggaran
Overhead
Tariff Biaya Overhead =
------------------------------------------------
Anggaran
Jam Tenaga Kerja Langsung
Tarif
Biaya Overhead per Departemen
Metode ini menggunakan penggerak
berdasarkan volume yang terpisah-pisah untuk menentukan tarif biaya overhead
pada setiap departemen produksi. Setiap departemen dapat menggunakan penggerak
yang berbeda atau sama dengan satu tariff biaya overhead.
1.
Tarif Biaya Overhead untuk Departemen
Permesinan :
Anggaran Overhead Departemen
Tarif Biaya Overhead =
------------------------------------------
Anggaran Jam
Mesin
2.
Tarif Biaya Overhead untuk Departemen
Penyelesaian :
Anggaran Overhead Departemen
Tarif Biaya Overhead =
--------------------------------------------------
Anggaran Jam
Tenaga Kerja Langsung
Volume, Ukuran dan Kompleksitas
Sistem perhitungan biaya berdasarkan
volume dapat menyajikan biaya yang cukup akurat ketika operasi perusahaan
memiliki karakteristik berikut :
1
Lini produk dan jasa yang hanya beberapa
dan mirip
2
Biaya overhead yang relatif rendah
3
Proses konversi yang homogen untuk
seluruh produk dan jasa
4
Jalur distribusi, permintaan pelanggan
dan pelanggan yang serupa
Distorsi dari system biaya overhead
berdasarkan volume meningkat ketika keragaman produk meningkat, karena sistem biaya ini :
1
Dirancang untuk menentukan biaya produk
secara keseluruhan, bukan berdasarkan karakteristik-karakteristik unik produksi
dalam operasi yang berbeda.
2
Menggunakan penggerak biaya yang berlaku
di seluruh bagian perusahaan atau per departemen dan mengabaikan perbedaan
dalam aktivitas untuk produk atau proses produksi yang berbeda dalam pabrik
atau departemen.
3
Menggunakan volume aktivitas untuk
seluruh operasi seperti jam atau nilai dolar (satuan mata uang) tenaga kerja
langsung sebagai dasar untuk mendistribusikan biaya overhead ke seluruh produk
sementara aktivitas tertentu adalah bagian kecil dari aktivitas produksi
keseluruhan.
4
Kurang menekankan analisis produk jangka
panjang.
2. PERHITUNGAN
BIAYA BERBASIS AKTIVITAS
Sebelum
perhitungan biaya berbasis aktivitas dibahas, terdapat beberapa istilah dalam
perhitungan biaya aktivitas yang harus dijelaskan terlebih dahulu. Istilah tersebut
adalah sebagai berikut:
Aktivitas, adalah pekerjaan
yang dilakukan dalam suatu organisasi. Aktivitas adalah
tindakan, gerakan atau rangkaian pekerjaan. Aktivitas juga didefinisikan
sebagai kumpulan tindakan yang dilakukan dalam organisasi yang berguna untuk
tujuan penentuan biaya berdasarkan aktivitas. Contohnya pemindahan bahan
merupakan aktivitas pergudangan.
Sumber daya, merupakan
unsur ekonomis yang dibebankan atau digunakan dalam pelaksanaan aktivitas. Gaji
dan bahan, merupakan contoh sumber daya yang digunakan untuk melakukan
aktivitas.
Objek biaya, bentuk akhir di
mana pengukuran biaya diperlukan. Contoh objek biaya adalah pelanggan, produk,
jasa, kontrak, proyek atau unit kerja lainnya dimana manajemen menginginkan
pengukuran biaya secara terpisah.
Elemen biaya, merupakan
jumlah yang dibayarkan untuk sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas dan
terkandung di dalam cost pool. Contohnya, cost pool untuk hal-hal yang
berkaitan dengan mesin mungkin mengandung elemen biaya untuk tenaga, elemen
biaya teknik dan elemen biaya depresiasi.
Cost driver, adalah
faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya aktivitas, cost driver merupakan
faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk membebankan biaya ke aktivitas
dan dari aktivitas ke aktivitas lainnya, produk atau jasa. Dua jenis cost
driver adalah driver sumber daya (resources driver) dan driver aktivitas (activity
driver).
Driver sumber daya (resources
driver) merupakan ukuran kuantitas sumber daya yang dikonsumsi oleh
aktivitas. Cost driver digunakan untuk membebankan biaya sumber daya
yang dikonsumsi oleh aktivitas ke 'cost pool' tertentu. Contoh 'resources
driver' adalah persentase dari luas total yang digunakan oleh suatu aktivitas.
Driver aktivitas (activity
driver), adalah ukuran frekuensi dan intensitas permintaan terhadap
suatu aktivitas terhadap objek biaya. 'Activity driver' digunakan untuk
membebankan biaya dari cost pool ke objek biaya. Contoh activity driver adalah
jumlah suku cadang yang berbeda yang digunakan dalam produk akhir untuk
mengukur konsumsi aktivitas penanganan bahan untuk setiap produk.
Activity-based costing adalah
pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa
berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas. Dasar
pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa
perusahaan dilakukan oleh aktivitas dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut
menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. Sumber daya
dibebankan ke aktivitas, kemudian aktivitas dibebankan ke objek biaya
berdasarkan penggunaannya. ABC memperkenalkan hubungan sebab akibat antara
'cost driver' dengan aktivitas.
Dengan ABC, Biaya Overhead pabrik
dibebankan ke objek biaya seperti produk atau jasa dengan mengidentifikasikan
sumber daya, aktivitas. dan biayanya serta kuantitas aktivitas dan sumber daya
yang dibutuhkan untuk memproduksi output. Cost driver digunakan untuk
menghitung biaya sumber daya dari setiap unit aktivitas. Kemudian setiap biaya
sumber daya dibebankan ke produk atau jasa dengan mengalikan biaya setiap
aktivitas dengan kuantitas setiap aktivitas yang dikonsumsi pada periode
tertentu.
Activity-based costing merupakan sistem
yang mempertahankan dan memproses data keuangan dan operasional dari sumber
daya perusahaan berdasarkan aktivitas, objek biaya, cost driver, dan
ukuran kinerja aktivitas. ABC juga membebankan biaya ke aktivitas dan
objek biaya.
Perhitungan
Biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing)
Adalah pendekatan perhitungan biaya yang
membebankan biaya sumber daya ke objek biaya berdasarkan aktivitas yang
dilakukan untuk objek biaya tersebut.
Prosedur Pembebanan Biaya Dua Tahap (two-stage cost
assignment)
Membebankan biaya sumber daya seperti
biaya overhead pabrik ke pusat biaya aktivitas atau tempat penampungan biaya
dan kemudian ke objek biaya untuk menentukan jumlah biaya sumber daya bagi
setiap objek biaya.
Sistem perhitungan biaya berdasarkan volume membebankan
biaya overhead pabrik :
1.
Tahap Pertama ke tempat penampungan
biaya (pusat biaya) departemen atau pabrik
2.
Tahap Kedua ke produk atau jasa.
Sistem perhitungan biaya berdasarkan
aktivitas membebankan biaya sumber daya
1.
Tahap Pertama membebankan biaya overhead
pabrik ke aktivitas atau pusat biaya aktivitas dengan menggunakan penggerak
biaya konsumsi sumber daya yang tepat.
2.
Tahap Kedua membebankan biaya dari
aktivitas atau tempat penampungan biaya aktivitas ke objek biaya dengan
menggunakan penggerak biaya konsumsi aktivitas yang tepat yang mengukur permintaan
objek biaya yang ditempatkan pada aktivitas atas tempat penampungan aktivitas.
Kesimpulan :
Perbedaan Sistem ABC dari Sistem
Perhitungan Biaya Berdasarkan Volume :
1.
Sistem ABC mendefinisikan tempat
penampungan biaya sebagai aktivitas atau pusat aktivitas dan bukan sebagai
pusat biaya pabrik atau departemen produksi.
2.
Penggerak biaya yang digunakan Sistem
ABC untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya adalah penggerak yang
berdasarkan pada aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya tersebut.
3. LANGKAH
MENDESAIN ABC
Langkah 1 : Identifikasi Biaya dan Aktivitas Sumber Daya
Melakukan analisis aktivitas untuk
mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktivitas perusahaan. Analisis aktivitas
meliputi pengumpulan data dari dokumen dan catatan yang ada serta pengumpulan
data tambahan dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner, observasi dan
wawancara dengan karyawan-karyawan penting. Dimana biasanya data tersebut
meliputi:
1
Apa pekerjaan/aktivitas yang anda
lakukan?
2
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan aktivitas tersebut?
3
Apa sumber daya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan aktivitas tersebut?
4
Apa nilai yang dimiliki aktivitas
tersebut bagi produk, jasa, pelanggan atau perusahaan?
Hirarki Biaya
Untuk mengidentifikasi biaya sumber daya
pada berbagai aktivitas, perusahaan perlu mengelompokkan seluruh aktivitas
menurut cara bagaimana aktivitas-aktivitas tersebut mengkonsumsi sumber daya.
Robin Cooper membagi aktivitas produksi ke dalam 4 tingkat :
1.
Aktivitas tingkat unit (unit level
activity)
Dilakukan pada setiap unit objek biaya.
Contoh : pemakaian bahan baku langsung, jam tenaga kerja langsung serta
pemasukkan kkomponen dan inspeksi setiap unit.
2.
Aktivitas tingkat batch (batch level
activity)
Dilakukan untuk setiap batch, batch
produk atau jasa. Contoh : aktivitas tingkat batch adalah persiapan, penyetelan
atau persiapan mesin, pemesanan pembelian, penjadwalan produksi, inspeksi per
batch, penangan bahan baku dan percepatan proses produksi.
3.
Aktivitas pendukung produk (product
sustaining activity)
Mendukung produksi produk atau jasa
tertentu. Contoh : desain produk, administrasi suku cadang bagi prosuk, dan
keterlibatan dalam perubahan rekayasa untuk memodifikasi produk.
4.
Aktivitas pendukung fasilitas (facility
sustaining activity)
Mendukung operasi secara umum. Contoh :
penyediaan keamanan dan keselamatan kerja, pemeliharaan mesin dengan fungsi
umum, pengelolaan pabrik, pembayaran pajak bangunan dan asuransi pabrik, serta
penutup bukuan setiap bulan.
Langkah 2 : Bebankan Biaya Sumber Daya pada Aktivitas
ABC menggunakan penggerak biaya konsumsi
sumber daya untuk membebankan biaya sumber daya ke aktivitas.
Penggerak biaya konsumsi sumber daya
meliputi :
1.
Jam tenaga kerja untuk aktivitas yang
bersifat intensif tenaga kerja
2.
Tenaga kerja untuk aktivitas yang
berkaitan dengan penggajian
3.
Persiapan untuk aktivitas yang terkait
dengan jumlah batch
4.
Perpindahan untuk aktivitas penanganan
bahan baku
5.
Jam mesin untuk aktivitas perbaikan dan
pemeliharaan
6.
luas lantai (per meter persegi) untuk
aktivitas kebersihan dan perawatan umum
Langkah 3 : Bebankan Biaya Aktivitas pada Objek Biaya
Langkah terakhir adalah membebankan
biaya aktivitas atau tempat penampungan biaya aktivitas pada output berdasarkan
penggerak biaya konsumsi aktivitas yang tepat. Penggerak biaya konsumsi
aktivitas meliputi ; pesanan pembelian, laporan penerimaan, laporan inspeksi
atau jam inspeksi, jumlah komponen disimpan, pembayaran, jam tenaga kerja
langsung, jam mesin, serta waktu persiapan dan siklus produksi.
4. PENERAPAN
BIAYA BERBASIS AKTIVITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Activity-based
coaling juga dapat diterapkan untuk aktivitas pemasaran dan
administrasi, seperti penjualan, advertensi, pemenuhan pesanan, pengiriman,
penggudangan, penagihan, dan akuntansi penggajian. Setelah melihat pada
aktivitas pemasaran dan cost driver yang berkaitan, kami menerapkan ABC dalam
aktivitas penagihan pada perusahaan AT&T.
Aktivitas
pemasaran meliputi advertensi, penjualan, pemenuhan pesanan, pengiriman,
penggudangan, dan pengumpulan kredit yang dilakukan oleh bagian administrasi.
Untuk menerapkan ABC pada aktivitas pemasaran, akuntan manajemen menelusuri
biaya pemasaran ke cost pool aktivitas; selanjutnya menelusuri biaya tersebut
ke lini produk dan daerah untuk mengukur profitabilitas. Peraga 4-10 menyajikan
contoh 'cost driver' untuk aktivitas pemasaran.
AT&T berpindah ke
sistem ABC setelah perusahaan tersebut terbagi-bagi kedalam unit bisnis unit
yang lebih kecil dan terfokus, Pemecahan ke dalam unit-unit yang lebih kecil
dan adanya deregulasi penentuan harga jual membuat pemahaman terhadap biaya
menjadi lebih baik, sehingga pengelolaan biaya juga menjadi lebih baik,
dibandingkan dengan mengalokasikan biaya secara sederhana. Dan hal tersebut
merupakan sesuatu yang kritis bagi AT&T. Sehingga para manajer AT&T
mengimplementasikan sistem ABC untuk membantu mereka dalam memahami aktivitas
dalam bisnis mereka.
Pusat
penagihan dipilih sebagai pilot project untuk ABC. Aktivitas pusat penagihan
meliputi mencatat penagihan, validasi data, melakukan tindakan koreksi; dan
pencetakan, penyortiran, dan pengiriman faktur kepada pelanggan unit tersebut.
Tim multi fungsi menyiapkan 'flowchart' dari operasi untuk mengidentifikasikan
hubungan antara sumber daya dan aktivitas, antara aktivitas dan proses, dan
antara output proses dan jasa yang diberikan untuk setiap pelanggan.
Biaya
jasa yang disediakan untuk pelanggan yang berbeda ditentukan dengan cara
mengidentifikasikan karakteristik konsumsi aktivitas dan cost driver. Perusahaan
memilih beberapa cost driver yang meliputi jumlah pengujian terhadap pelanggan,
permintaan akan perubahan, pemesanan jasa, lokasi pelanggan, kelompok
penagihan, jam pencetakan, dan halaman yang dicetak.
Para
manajer AT&T memperoleh model ABC yang bermanfaat dalam membantu perusahaan
untuk mengendalikan biaya dan memperbaiki proses operasi internal, hubungan
dengan pemasok {supplier), dan kepuasan pelanggan.
5. PENERAPAN
BIAYA BERBASIS AKTIVITAS PERUSAHAAN JASA
ABC
telah diterapkan terutama pada perusahaan-perusahaan manufaktur,
ABC juga dapat bermanfaat jika digunakan pada perusahaan jasa dan
perusahaan nonprofit.
ABC juga dapat bermanfaat jika digunakan pada perusahaan jasa dan
perusahaan nonprofit.
Organisasi
jasa dan sebagian besar organisasi nonprofit mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda yang membedakan organisasi-organisasi tersebut dari perusahaan
manufaktur. Output sering kali lebih sulit didefinisikan, aktivitas untuk memenuhi
permintaan jasa lebih sulit diprediksi, dan overhead serta biaya tak langsung
sulit untuk dihubungkan ke produk atau output jasa.
Misalnya
Kantor Akuntan Achuck, Buniel & Hinckley melakukan dua jenis audit untuk
minggu ini. Sistem penentuan biaya tradisional digunakan oleh perusahaan ini.
Jam kerja langsung digunakan untuk membebankan biaya ke aktivitas dan kemudian
ke objek biaya, yaitu audit. Perusahaan hanya menggunakan satu 'cost driver'
yaitu jam kerja tenaga profesional untuk mengalokasikan biaya overhead.
Kedua proyek audit tersebut membutuhkan jam kerja tenaga profesional total 100
jam. Perusahaan membayar $ 25 per jam untuk setiap staf audit.
Pada
audit pertama, tim audit menghabiskan banyak waktu untuk melakukan penelitian
terhadap bahan, mengirim fax dan menelepon untuk melengkapi perjanjian,
sedangkan audit yang kedua tidak membutuhkan sebanyak proyek audit yang pertama
untuk aktivitas-aktivitas tersebut. Dengan demikian, jika jam kerja tenaga
profesional digunakan sebagai satu-satunya dasar untuk mengalokasikan overhead,
maka audit yang membutuhkan sumber daya banyak akan biayanya ditentukan terlalu
rendah dari yang seharusnya, sedangkan audit yang membutuhkan sumber daya yang
lebih sedikit membutuhkan sumber daya justru biayanya ditentukan terlalu
tinggi.
Sistem Penentuan Biaya Tradisional
Dengan
sistem penentuan biaya tradisional, biaya overhead total dialokasikan untuk
setiap audit dengan cara mengalikan biaya tenaga kerja langsung total dengan
tarif overhead.
Sistem ABC
Sistem
ABC berfokus pada aktivitas sebagai objek biaya yang fundamental. Contoh
berikut menggunakan satu 'cost pool 'dan satu 'cost driver' untuk
setiap aktivitas. Dengan sistem ABC
penentuan biaya akan lebih akurat dibandingkan dengan metode tradisional.
Referensi :
1
Blocher.”Manajemen Biaya, penekanan strategis, . penerbit Salemba Empat,2011.”
2
Hansen & Mowen. ”Manajemen Biaya. . penerbit Salemba Empat,2000.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar