Wuih….suka-duka jadi auditor…..
“Pak Yogi, anda siap jadi auditor, khan auditor tuh banyak musuhnya, jangan-jangan nanti di santet lagi…..Ujar seorang manager HRD dengan nada becanda. Langsung saya jawab ……ini sudah konsekuensi pekerjaan, apapun yang kita kerjakan ada resikonya.”
Maklumlah baru lulus, dengan segudang idealisme, dan mantan aktivis sebuah organisasi yang “sangat” memperjuangkan idealisme. Disamping itu kepepet gak ada kerjaan lain(he3x....).
Pertanyaan dari seorang HRD itulah yang memulai saya masuk gerbang dalam dunia auditor, …..dunia yang belum terbayangkan sebelumnya. dan tak terasa menjalaninya sudah 3 tahun. Mulai dari auditor industri, organisasi sosial hingga auditor rumah sakit. Di awal-awal menjalani profesi ini, saya sempat ragu apakah saya bisa menjalani profesi ini, karena seorang auditor bukan hanya mengolah data-data, tetapi harus berkomunikasi/wawancara dengan orang lain, dan konsekwensinya harus siap dengan berbagai karakter, Dan hal ini bertolak belakang dengan karakter saya yang pendiam dan kadang kurang percaya diri. Suatu saat saya pernah membaca suatu kalimat di sebuah buku yang cukup menarik (saya lupa judulnya), yaitu :
”Atasilah ketakutan itu dengan masuk dalam ketakutan itu” dan salah-satu ayat Aquran yang menyatakan bahwa ”Sesudah kesulitan ada kemudahan”.
Pengalaman-pengalaman saya dan beberapa temen-temen saya di tim audit lainnya, mulai diolok-olok, dicuekin, dimarahin, disuguhin, dikejar-kejar (syukurlah klo saya belum pernah...). Semua itu dinamika, dan itulah suatu konsekwensi memperjuangkan idealisme.
“Pak Yogi, anda siap jadi auditor, khan auditor tuh banyak musuhnya, jangan-jangan nanti di santet lagi…..Ujar seorang manager HRD dengan nada becanda. Langsung saya jawab ……ini sudah konsekuensi pekerjaan, apapun yang kita kerjakan ada resikonya.”
Maklumlah baru lulus, dengan segudang idealisme, dan mantan aktivis sebuah organisasi yang “sangat” memperjuangkan idealisme. Disamping itu kepepet gak ada kerjaan lain(he3x....).
Pertanyaan dari seorang HRD itulah yang memulai saya masuk gerbang dalam dunia auditor, …..dunia yang belum terbayangkan sebelumnya. dan tak terasa menjalaninya sudah 3 tahun. Mulai dari auditor industri, organisasi sosial hingga auditor rumah sakit. Di awal-awal menjalani profesi ini, saya sempat ragu apakah saya bisa menjalani profesi ini, karena seorang auditor bukan hanya mengolah data-data, tetapi harus berkomunikasi/wawancara dengan orang lain, dan konsekwensinya harus siap dengan berbagai karakter, Dan hal ini bertolak belakang dengan karakter saya yang pendiam dan kadang kurang percaya diri. Suatu saat saya pernah membaca suatu kalimat di sebuah buku yang cukup menarik (saya lupa judulnya), yaitu :
”Atasilah ketakutan itu dengan masuk dalam ketakutan itu” dan salah-satu ayat Aquran yang menyatakan bahwa ”Sesudah kesulitan ada kemudahan”.
Pengalaman-pengalaman saya dan beberapa temen-temen saya di tim audit lainnya, mulai diolok-olok, dicuekin, dimarahin, disuguhin, dikejar-kejar (syukurlah klo saya belum pernah...). Semua itu dinamika, dan itulah suatu konsekwensi memperjuangkan idealisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar