01 Mei 2008
Tanggal 1 mei 2008, saat saya melintasi jalan di Bumi Serpong Damai (BSD) Tanggerang, mataku tertuju kepada bus putih biru yang dipenuhi penumpang dan berbagai bendera serta spanduk yang tertuliskan “Hidup kaum buruh, Sejahterakan kami” dan tertera di bisnya Rumah Sakit tertentu di daerah BSD.
Saya teringat hari ini merupakan hari yang paling besejarah bagi kaum buruh atau tepatnya MayDay. Sebenarnya saya sering menyaksikan beragam perjuangan kaum buruh sejak era soeharto hingga sekarang. Tetapi hasilnya nol. Atau meminjam istilah mas Agus Ringgo adalah May be Yes dan May be Not (he3x….). Tidak ada perubahan, walaupun di setiap kampanye partai politik dan pilpres tahun-tahun sebelumnya mengangkat kesejahteraan kaum buruh. Maklumlah saya pun karyawan, hingga turut merasakan penderitaan mereka juga. Dengan tuntutan kerja yang tinggi dari perusahaan, kesejahteraan yang rendah yang diberikan perusahaan dan tuntutan hidup yang tinggi.
Penderitaan karyawan ini pernah saya saksikan langsung ketika saya mengaudit perusahaan pakan ternak di Tanjung Bintang Lampung dengan jumlah karyawan 600 orang. Saat itu kebijakan perusahaan memberhentikan operasional perusahaan dengan alasan penjualan yang turun dan biaya operasional yang tinggi. Akhirnya memberikan pilihan untuk mau di mutasikan atau mengundurkan diri. Disamping itu pemberian kompensasi pengundurannya kecil sekali. Sepanjang hari karyawan mengadakan demo atas kebijakan itu. Walaupun ada mediasi dari Departemen tenaga kerja, tetapi Lagi-lagi karyawan di rugikan.
Sepanjang perjalanan saya ke beberapa kota, sering saya saksikan banyaknya perusahaan yang di demo oleh karyawannya. Bahkan setiap hari selama 2 minggu setiap saya melewati tempat itu karyawan masih mendemo. Dengan tuntutan yang sama naikkan kesejahteraan.
Pernah saya tinggal di Cikarang, bekasi, kawasan yang banyak sekali kaum buruh. Saat saya menuju ke tempat kerja, jalanan di blokir oleh kaum buruh karena sedang menuntut kesejahteraan. Sangat wajar sekali bagi saya tuntutan para buruh tersebut, karena hampir 4 kepemimpinan presiden, belum ada kebijakan yang memihak kaum buruh.
Ketika logika pengusaha di perankan dalam penentuan kebijakan, maka yang muncul adalah biaya sekecil-kecilnya untuk menghasilkan keuntungan setinggi-tingginya. Mungkin sudah saatnya logika kaum buruh berperan sebagai pengambil kebijakan tertinggi atau pemimpin di negeri yang tak tentu arah ini.
2 komentar:
Ass..
Alo k'Yogi. Kemana aja lama tak bersua. jarang keliatan di Messenger nih?
Blog'nya bagus euy..
Mau dong diajarin cara buatnya.
Aq baru mengenal cara bikin blog neh
:)
Ditunggu panduan dan bimbingannya yaa kang :)
Salam
"MoeFth"
Thanks kang Mufti udah berkunjung ke blog saya..and udah kasih komentar...
Nanti saya bantu buat blogsnya...but banyak jg kok buku2x tentang pembuatan blog...
Posting Komentar