Pemikiran organisasi modern berorientasi kepada desentralisasi. Salah-satu tantangan utama dalam mengoperasikan sistem yang terdesentralisasi adalah merancang suatu metode akuntansi yang memuaskan untuk transfer barang dan jasa dari pusat laba yang satu ke pusat laba yang lain dalam perusahaan yang memiliki transaksi seperti ini dalam jumlah yang cukup signifikan.
A. Pengertian dan Tujuan Harga Transfer
Jika dua atau lebih pusat laba bertanggung jawab bersama atas pengembangan, pembuatan, dan pemasaran suatu produk, maka masing-masing harus membagi pendapatan yang dihasilkan ketika produk tersebut terjual. Harga transfer merupakan mekanisme untuk mendistribusikan pendapatan ini. Harga transfer harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan berikut ini :
· Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
· Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita-maksudnya, sistem harus dirancang sedemikian rupa sehingga keputusan yang meningkatkan laba unit usaha juga akan meningkatkan laba perusahaan.
· Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual
· Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola.
Merancang sistem penentuan harga transfer merupakan topik kunci pengendalian manajemen bagi sebagian besar perusahaan; seperti yang ditunjukkan pada tampilan sebagai berikut, 79 % dari perusahaan Fortune 1.000 melakukan transfer produk antarpusat laba.
| Survei Govindarajan |
Jumlah responden yang digunakan | 638 |
Perusahaan-perusahaan yang memiliki dua pusat laba atau lebih | 593 (93%) |
Dari perusahaan-perusahaan dengan dua pusat laba atau lebih, perusahaan-perusahaan yang melakukan transfer produk antarpusat laba | 470 (79%) |
B. Metode Harga Transfer
Masalah penentuan harga transfer sebenarnya merupakan penentuan harga pada umumnya, dengan sedikit modifikasi untuk mempertimbangkan faktor-faktor tertentu yang unik dalam transaksi internal.Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut di jual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Melaksanakan prinsip ini merupakan hal yang sulit karenanya ada fakta bahwa terdapat banyak pertentangan dalam literature mengenai bagaimana harga jual ke pihak luar ditentukan. Ketika suatu pusat laba di suatu perusahaan membeli produk dari, dan menjual ke, satu sama lain, maka dua keputusan yang harus diambil untuk setiap produk adalah:
1. Apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk tersebut atau membelinya dari pemasok luar? Hal ini merupakan keputusan sourcing.
2. Jika diproduksi secara internal, pada tingkat harga berapakah produk tersebut akan ditransfer antarpusat laba? Hal ini merupakan keputusan harga transfer.
Contoh. CSX Corporation merupakan perusahaan induk terbesar dalam bidang kereta api dan armada laut. Dua pertiga pendapatan CSX diperoleh dari bidang kereta api. CSX membagi kegiatan operasi jalur relnya menjadi tiga pusat laba – peralatan (gerbong pengangkut), transportasi kereta api (operasi kereta api, perawatan wilayah, jalur dan lokomotif), jasa distribusi (penjualan dan pemasaran). Sebelumnya, harga transfer yang berlaku antar pusat laba adalah harga pasar yang telah dinegosiasikan berdasarkan transaksi langsung. Logika dalam melakukan reorganisasi adalah untuk memindahkan pusat kekuatan dari departemen operasi yang menjalankan operasi jalur rel secara tradisional, ke bagian penjualan dan pemasaran. Jika cara yang paling efisien dalam memindahkan lalu lintas dari titik x ke titik Y adalah menggunakan truk atau kapal, maka lalu lintas itu dijalankan oleh truk atau kapal, meskipun biasanya dilakukan oleh kereta api. Faktanya, sejak sistem pusat laba dan harga transfer mulai diberlakukan, sebagian besar operasi lalu lintas yang baru telah diambil oleh armada laut selain yang dimiliki oleh CSX.
Sistem harga transfer dapat bervariasi dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit, tergantung dari sifat usahanya.
Situasi Ideal
Harga transfer berdasarkan harga pasar akan menghasilkan keselarasan cita-cita jika kondisi-kondisi di bawah ini ada. Dalam praktiknya, kondisi-kondisi tersebut sangat jarang ada. Oleh karena itu, daftar tersebut tidak menetapkan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi untuk memiliki harga transfer. Melainkan, daftar tersebut menyarankan suatu cara untuk memandang suatu situasi, guna melihat perubahan-perubahan apa yang sebaiknya dilakukan untuk memperbaiki operasi mekanisme harga transfer.
Orang-orang yang Kompeten. Idealnya para manajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang dari pusat tanggung jawab mereka, sama seperti kinerja jangka pendeknya. Staf yang terlibat dalam negosiasi dan arbitrase harga transfer juga harus kompeten.
Atmosfer yang baik. Para manajer harus menjadikan profitabilitas, sebagaimana diukur dalam laporan laba rugi mereka, sebagai cita-cita yang penting dan pertimbangan yang signifikan dalam penilaian kinerha mereka. Mereka juga harus memandang bahwa harga transfer tersebut adil.
Harga Pasar. Harga transfer yang ideal adalah berdasarkan harga pasar normal dan mapan dari produk identik yang sedang ditransfer-maksudnya, harga pasar mencerminkan kondisi yang sama dengan produk yang dikenakan harga transfer.
Kebebasan memperoleh Sumber Daya. Alternatif dalam memperoleh sumber daya haruslah ada, dan para manajer sebaiknya diizinkan untuk memilih alternatif yang laing baik untuk mereka. Manajer pembelian harus bebas untuk membeli dari pihak luar, dan manajer penjualan harus bebas menjual ke pihak luar.
Informasi Penuh. Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada, serta l
Negosiasi. Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancar untuk melakukan negosiasi kontrak antarunit usaha.
Harga Transfer Berdasarkan biaya
Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka harga transfer dapat ditentukan berdasarkan biaya ditambah laba, meskipun harga transfer semacam ini sangat rumit untuk dihitung dan hasilnya kurang memuaskan dibandingkan dengan harga berdasarkan pasar. Dua keputusan yang harus dibuat dalam sistem harga transfer berdasarkan biaya: (1) bagaimana menentukan besarnya biaya dan (2) bagaimana menghitung markup laba.
Dasar biaya. Dasar yang umum adalah biaya standar. Biaya aktual tidak boleh digunakan karena faktor inefisensi produksi akan diteruskan ke pusat laba pembelian. Jika biaya standar yang digunakan, maka dibutuhkan suatu insentif untuk menetapkan standar yang ketat dan untuk meningkatkan standar tersebut.
Mark up Laba. Dalam menghitung markup laba, juga terdapat dua keputusan: (1) apa dasar markup laba tersebut dan (2) tingkat laba yang diperbolehkan.
Dasar yang paling mudah dan umum dipergunakan adalah persentase dari biaya. Meskipun demikian, jika dasar tersebut digunakan maka tidak ada pertimbangan atas modal yang diperlukan. Dasar yang secara konsep lebih baik adalah persentase dari investasi, tetapi untuk menghitung investasi yang akan dikenakan ke setiap produk yang dihasilkan dapat menimbulkan permasalahan teknis. Jika menggunakan dasar biaya historis suatu aktiva, maka fasilitas baru yang dirancang untuk mengurangi harga secara aktual dapat meningkatkan biaya karena aktiva yang lama menjadi dinyatakan terlalu rendah.
Masalah kedua dalam penyisihan laba adalah besarnya jumlah laba. Persepsi manajemen senior atas kinerja keuangan dari suatu pusat laba akan dipengaruhi oleh laba yang ditunjukkan oleh pusat laba tersebut. Konsekuensi, jika mungkin, penyisihan laba harus dapat mendekati tingkat pengembalian yang akan diperoleh seandainya unit usaha tersebut merupakan perusahaan independen yang menjual produknya ke konsumen luar. Solusi konseptual adalah membuat penyisihan laba berdasarkan investasi yang dibutuhkan untuk memenuhi volume yang diminta oleh pusat laba pembelian. Nilai investasi tersebut dihitung pada tingkat “standar” , dengan aktiva tetap dan persediaan pada tingkat biaya penggantian (replacement cos).
C. Penetapan harga service dari kantor pusat
Pada bagian ini akan digambarkan beberapa masalah yang berkaitan dengan pembebanan unit usaha atas jasa-jasa yang disediakan oleh unit staf korporat. Biaya dari unit staf jasa pusat untuk mana unit usaha tidak memiliki kendali (seperti akuntansi pusat, hubungan masyarakat, administrasi dikeluarkan). Jika seluruh biaya ini dibebankan, maka itu semua biaya tersebut akan dialokasikan, dan alokasi tidak memasukkan komponen laba. Alokasi juga bukan merupakan harga transfer.
Terdapat dua jenis transfer:
1. Untuk jasa pusat yang harus diterima oleh unit penerima di mana unit penerima dapat mengendalikan jumlah yang digunakan paling tidak secara parsial.
2. Untuk jasa pusat yang dapat diputuskan oleh unit usaha apakah akan digunakannya atau tidak
Pengendalian atas jumlah jasa
Unit usaha mungkin diharuskan untuk menggunakan staf korporat untuk jasa-jasa seperti teknologi informasi serta riset dan pengembangan. Dalam situasi seperti ini, manajer unit usaha tidak dapat mengendalikan efisiensi kinerja dari kegiatan tersebut, namun ia dapat mengendalikan jumlah jasa yang diterimanya. Ada tiga teori pemikiran mengenai jasa-jasa seperti ini.
Teori pertama menyatakan bahwa suatu unit usaha harus membayar biaya variable standar dari jasa yang diberikan. Jika membayar kurang dari itu, maka unit usaha akan termotivasi untuk menggunakan jasa-jasa dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang dibenarkan secara ekonomis. Di lain pihak, jika para manajer unit usaha diharuskan untuk membayar lebih dari biaya variabelnya, maka mereka mungkin tidak akan menggunakan jasa-jasa yang dipandang perlu oleh manajemen senior dari sudut pandang perusahaan. Kemungkinan ini dapat terjadi ketika manajemen senior memperkenalkan jasa baru, misalnya sebuah program analisis proyek baru. Harga rendah serupa dengan harga perkenalan yang terkadang digunakan oleh perusahaan untuk memperkenalkan produk baru.
Contoh. Selama bertahun-tahun, para manajer dari departemen Corporate Data Processing Services (CDPS) di Boise Cascade Corporation tidak mengalokasikan biaya pendukung personal computer (PC), seperti pembelian, pemasangan, dan bantuan aplikasi, ke para pengguna PC karena mereka ingin mendorong penggunaan PC. Biaya-biaya tersebut dibebankan ke seluruh pengguna lain CDPS, terutama konsumen sumber daya mainframe computer. Meskipun ketika biaya pendukung PC menjadi signifikan dan pantas untuk dibebankan, para manajer CDPS tetap memilih tidak membebankannya dengan tingkat biaya penuh. Mereka menetapkan beban biaya sebesar $100 per bulan per PC, dan bukan sebesar $121 per bulan seperti yang diestimasikannya untuk tahun ini.
Teori pemikiran yang kedua menyarankan harga yang sama dengan biaya variabel standar ditambah bagian yang wajar dan biaya tetap standar-yaitu biaya penuh (full cost). Pendukung teori ini beragumentasi bahwa jika unit usaha tidak mempercayai bahwa jasa tersebut bernilai sebesar itu, maka ada sesuatu yang salah dalam kualitas atau efisiensi dari usaha jasa tersebut. Biaya penuh mencerminkan biaya jangka panjang dari perusahaan, dan inilah jumlah yang harus dibayar.
Teori pemikiran yang ketiga menyarankan harga yang sama dengan harga pasar, atau biaya penuh ditambah dengan margin labanya. Harga pasar akan digunakan jika memungkinkan (misalnya, biaya yang dibebankan oleh biro jasa komputer); jika tidak, maka harga sebesar biaya penuh ditambah ROI yang akan digunakan. Logikanya adalah bahwa modal yang digunakan oleh unit jasa sebaiknya memperoleh tingkat pengembalian atas modal yang digunakan sebagaimana dengan unit produksi. Selain itu, unit-unit usaha harus mengeluarkan investasi tambahan jika mereka menggunakan jasa mereka sendiri.
Pilihan Penggunaan Jasa
Dalam beberapa kasus, pihak manajemen mungkin memutuskan bahwa unit-unit usaha dapat memilih apakah akan menggunakan unit jasa sentral atau tidak. Unit-unit bisnis dapat memperoleh jasa tersebut dari pihak luar, mengembangkan kemampuan mereka, atau memilih untuk tidak menggunakan jasa ini sama sekali. Perjanjian semacam ini sering ditemukan untuk aktivitas-aktivitas seperti teknologi informasi, kelompok konsultan internal, dan pekerjaan perawatan. Pusat-pusat jasa ini independen; yaitu harus berdiri sendiri-sendiri. Jika pelayanan internal tidak kompetitif dibandingkan dengan penyedia jasa dari luar, maka ruang lingkup dari aktivitas mereka akan dikontrakkan atau jasa-jasa mereka sepenuhnya didapat dari luar perusahaan.
Contoh. Commondore Business Machines memberikan salah-satu kegiatan jasa sentral-layanan konsumen ke Federal Express. James Reeder, wakil presiden Commondore bidang kepuasan konsumen mengatakan, “Pada saat itu kami tidak memiliki reputasi yang baik dalam hal pelayanan dan kepuasan pelanggan.”Tetapi inilah keahlian yang dimiliki FedEx, yang menangani lebih dari 300.000 panggilan setiap harinya. Commondore mengadakan perjanjian dengan FedEx untuk menangani seluruh operasi layanan telepon konsumen dari markas FedEx di Memphis.
Dalam situasi ini, para manager unit usaha mengendalikan baik jumlah maupun efisiensi dari jasa pusat. Pada kondisi ini, kelompok pusat tersebut merupakan pusat laba. Harga transfernya harus berdasarkan pada pertimbangan yang sama dengan pertimbangan yang mengendalikan harga transfer yang lain.
Kesederhanaan dari Mekanisme Harga
Harga yang dibebankan untuk jasa korporat tidak akan mencapai tujuan yang dimaksudkan, kecuali jika mtode untuk menghitungnys dapat dimengerti dan dipahami dengan cukup mudah oleh para manajer unit usaha. Para ahli komputer sudah terbiasa dengan persamaan-persamaan yang rumit, dan komputer sendiri juga menyediakan informasi detik demi detik dengan biaya rendah. Oleh karena itu, kadang ada kecenderungan untuk membebani para pengguna komputer berdasarkan peraturan yang begitu rumit, sehingga pengguna tidak dapat mengerti apa dampaknya terhadap biaya, jika mereka memutuskan untuk menggunakan komputer untuk aplikasi tertentu atau, alternatifnya, untuk menghentikan aplikasi yang sekarang. Peraturan-peraturan semacam ini merupakan sesuatu yang kontraproduktif.
D. Administrasi Harga Transfer
Sejauh ini telah dibahas bagaimana cara untuk merumuskan suatu kebijakan harga transfer yang sesuai. Pada bagian berikut ini akan dibahas bagaimana pelaksanaan dari kebijakan yang sudah dipilih tadi-khususnya, tingkat negosiasi yang diizinkan untuk menentukan harga transfer, metode penyelesaikan komflik dalam menentukan harga transfer, dan klarifikasi produk yang sesuai dengan metode yang paling tepat.
Negosiasi
Di hampir semua perusahaan, unit usaha menegosiasikan harga transfer satu sama lain; maksudnya, harga transfer yang tidak ditentukan oleh kelompok staf pusat. Alasan yang paling untuk hal ini adalah kepercayaan bahwa dengan menetapkan harga jual dan mencapai kesepakatan atas harga pembelian yang paling sesuai merupakan salah-satu fungsi utama dari manajemen lini. Jika kantor pusat mengendalikan penentuan harga, maka kemampuan manajemen lini untuk memperbaiki profitabilitas akan semakin berkurang. Selain itu, banyak harga transfer yang harus melibatkan penilaian subjektif pada tingkat tertentu. Akibatnya, satu harga transfer yang telah dinegosiasikan sering kali merupakan hasil kompromi antara pihak pembeli dengan penjual. Jika kantor pusat sudah menentukan harga transfer, maka para manajer unit usaha dapat beragumentasi bahwa mereka menghasilkan laba yang kecil karena harga transfer yang telah ditentukan secara arbiter tersebut. Alasan lain bagi unit usaha untuk menegosiasikan harga transfernya adalah bahwa unit bisnis biasanya memiliki informasi yang paling baik mengenai pasar dan biaya-biaya yang ada, sehingga merupakan pihak yang paling tepat untuk mencapai harga yang pantas.
Contoh. Unit usaha A memiliki peluang untuk memasok produk tertentu dalam jumlah besar ke perusahaan luar dengan harga $ 100 per unit. Bahan baku untuk produk ini dipasok oleh unit usaha B. Harga transfer normal dari unit B untuk bahan baku tersebut adalah\ $35 per unit, di mana $10-nya merupakan biaya variabel. Biaya pemrosesan ditambah laba normalnya adalah $85, di mana $50-nya merupakan biaya variabel. Dengan demikian, biaya total ditambah laba normal adalah sebesar $120; sehingga pada jumlah ini, harga jual sebesar $100 tidaklah tepat. Menolak kontrak merupakan kerugian bagi perusahaan secara keseluruhan karena kedua unit usaha tersebut memiliki kapasitas yang memadai. Karena itu, kedua unit tersebut harus menegosikasikan harga yang lebih rendah untuk bahan baku sehingga keduanya akan menghasilkan laba. Jika suatu perusahaan (di luar masalah dua unit usaha dalam satu perusahaan tunggal) mengajukan penawaran untuk menjual bahan baku ke perusahaan lain yang memiliki prospek penjualan yang sama, maka kedua perusahaan harus melakukan negosiasi untuk kepentingan bersama. Faktanya adalah bahwa harga transfer yang terlibat pada contoh pertama tidak mempengaruhi kewajaran perilaku para manager.
Referensi :
¡ Robert N.Anthony Vijay Govindarajan.”Management Control System, penerbit Salemba Empat,2005.”
¡ Anthony, Robert N. The Management Control Function. Boston: Harvard Business School Press, 1989.
¡ Kaplan, Robert, dan David Norton. Balanced Scorecard. Boston: Harvard Business School Press, 1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar