MANAJEMEN AUDIT
Perkembangan Manajemen audit
Dengan semakin berkembangnya suatu bisnis usaha, para pemegang saham sudah tidak dapat mengikuti semua kegiatan operasi perusahaannya sehari-hari. Sebab itu, mereka membutuhkan manajemen auditor yang professional sebagai mata dan telinga untuk membantu mereka dalam mengendalikan operasional perusahaan. Istilah manajemen auditing tidak seumum “financial auditing”, sebab ia belum secara baik didefinisikan. Manajemen auditing sering digunakan bergantian dengan istilah “ operational auditing”, “performance auditing”, “program results auditing”, dan manajemen review”.
Audit manajemen adalah pengevaluasian terhadap efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan. Dalam konteks audit manajemen, manajemen meliputi seluruh operasi internal perusahaan yang harus dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak yang memiliki wewenang yang lebih tinggi. Audit manajemen dirancang secara sistematis untuk mengaudit aktivitas, program-program yang diselenggarakan, atau sebagian dari entitas yang bisa diaudit untuk menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana telah digunakan secara efisien, serta apakah tujuan dari program dan aktivitas yang telah direncanakan dapat tercapai dan tidak melanggar ketentuan aturan dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan. Berbagai jenis audit dilakukan untuk memastikan bahwa proses operasi di dalam perusahaan telah berjalan sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang berlaku serta pengelolaan terhadap sumber daya dalam proses tersebut berjalan secara efektif dan efisien. Pad audit kepatuhan (compliance), auditor berusaha mendapatkan dan mengevaluasi informasi untuk menentukan apakah pengelolaan keuangan, operasi atau aktivitas yang lain dari suatu entitas telah sesuai dengan kriteria, kebijakan atau regulasi yang mendasarinya.
Dalam audit internal (internal auditing), auditor melakukan penilaian secara independen terhadap berbagai aktivitas dalam memberikan jasanya kepada perusahaan. Secara lengkap Institute of internal auditor (IIA) mendefinisikan internal auditing sebagai :
“an independent appraisal aktivitiy established within an organization to examine and evaluate its activities as a service to the organization. The object of internal auditing is to assit members in the organization in the effective discharge of their duties.”
Audit operasional (operational auditing) menfokuskan penilaiannya pada efisiensi dan efektivitas operasi suatu entitas. Lebih lanjut AICPA mendefinisikan operational auditing sebagai berikut :
“ a systematic review of an organization activities…in relation to specified objective. The purpose of the engagement may be : (a) to assess performance, (b) to identify opportunities, for improvement, and (c) to develop recommendation for improvement or further action.”
Apabila definisi ini dihubungkan dengan audit manajemen di atas, tampak bahwa audit operasional identik dengan manajemen. Penggunaan istilah manajemen audit untuk menghindarkan terjadinya penyempitan makna operasional yang identik dengan produksi, karena saat ini berkembang paradigm baru tentang manajemen produksi menjadi manajemen operasional. Sedangkan makna operasional dalam audit operasional memiliki cakupan yang lebih luas yaitu setiap program/aktivitas dan/entitas yang bisa diaudit. Audit operasional menekankan penilaian terhadap prosedur operasi dalam meningkatkan efisiensi.
Terdapat tiga perbedaan utama antara manajemen audit dan financial audit yaitu dalam tujuan audit, distribusi laporan dan dimasukkannya area non keuangan dalam manajemen audit. Perbedaan utama antara financial dan manajemen audit adalah tujuan pengujian. Financial audit menekankan pada apakah informasi historis dicatat secara benar. Manajemen audit menekankan pada ekonomisasi, efisiensi dan efektivitas. Financial audit berorientasi ke masa lampau, sedangkan manajemen audit berhubungan dengan perfoma operasi pada masa yang akan datang. Seorang manajemen auditor misalnya, dapat menilai apakah suatu material yang baru akan dibeli pada biaya yang paling rendah untuk menghemat uang atas pembelian material pada masa yang akan datang.
Pada financial audit, laporan biasanya didistribusikan kepada banyak pemakai laporan keuangan seperti pemegang saham, bankir, sedangkan laporan manajemen audit dimaksudkan terutama untuk manajemen. Kata-kata yang didefinisikan secara baik dibutuhkan dalam laporan financial audit karena distribusi yang luas dari laporan tersebut. Karena distribusi yang terbatas dari laporan manajemen audit dan keanekaragaman sifat audit untuk ekonomisasi, efisiensi dan efektivitas. Manajemen audit sangat bervariasi dari suatu audit ke audit yang lain. Manajemen audit mencakup setiap aspek ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas yang aneka ragam dalam suatu organisasi. Dan sebab itu dapat mencakup beraneka ragam aktivitas yang lebih luas. Sebagai contoh, efektivitas dari program advertensi atau efisiensi karyawan pabrik merupakan bagian dari suatu manajemen audit. Financial audit terbatas pada masalah-masalah yang secara langsung mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan.
Berikut ini adalah beberapa perbedaan pokok antara manajemen audit dan financial audit:
Tujuan. Dalam financial audit bertujuan untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan. Sedangkan manajemen audit menilai dan meningkatkan efisiensi dan keefektifan pengelolaan. Ruang lingkup. Dalam financial audit ruang lingkupnya meliputi data/catatan keuangan. Sedangkan dalam manajemen audit ruang lingkupnya adalah operasi atau fungsi. Orientasi. Financial audit berorientasi terhadap urusan keuangan dalam periode yang sudah lalu. Sedangkan manajemen audit berorientasi untuk hal operasional yang sudah lalu, sekarang dan yang akan datang. Standar Penilaian. Financial audit memiliki standar penilaian berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim dipakai atau diterima secara umum. Manajemen audit memiliki standar penilaian berdasarkan prinsip-prinsip operasi manajemen. Metode. Financial audit memiliki metode berdasarkan standar-standar pemeriksaan yang lazim dipakai/diterima secara umum. Sedangkan manajemen audit memiliki metode teknik-teknik operasi manajemen. Ketepatan. Financial audit memiliki ketepatan yang definitif. Sedangkan manajemen audit memiliki ketepatan yang relatif. Pemakai. Financial audit di pakai terutama untuk pemegang saham, publik dan pemerintah. Sedangkan manajemen audit biasanya dipakai intern umumnya pimpinan. Realisasi. Financial audit berealisasi actual. Sedangkan manajemen audit memiliki realisasi potensial. Keharusan. Financial audit diharuskan oleh Undang-undang/peraturan. Sedangkan manajemen audit tidak harus terutama merupakan prerogative pimpinan. Sejarah. Financial audit memiliki sejarah yang berusia lama. Sedangkan manajemen audit belum lama, berkaitan dengan adanya pendekatan system (system approach). Katalisator. Financial audit sudah merupakan tradisi. Manajemen audit terutama berdasarkan permintaan pimpinan. Frekuensi. Financial audit memiliki frekuensi yang teratur paling sedikit setahun sekali. Sedangkan manajemen audit bersifat periodic, tetapi kebanyakan saatnya tidak tertentu. Audit ini merupakan perluasan dari audit internal, sehingga dalam audit ini penilaian terhadap pencapaian tujuan pengendalian internal juga menjadi tujuan audit yang sangat penting. Internal auditor sering berhubungan dengan manajemen auditing. Sehingga hal ini seringkali identik definisi audit manajemen dengan internal audit.
Manajemen audit dapat dilakukan oleh internal auditor, akuntan pemerintah, kantor akuntan publik. Internal auditor berada posisi yang unik untuk melakukan manajemen audit dan beberapa orang menggunakan istilah “internal audit” dan “ manajemen audit” secara bergantian/identik. Walaupun demikian, tidak tepat untuk menyimpulkan bahwa semua manajemen audit dilaksanakan oleh internal audior atau internal auditor hanya melakukan manajemen audit. Sering, mereka dilakukan secara simultan. Suatu keuntungan internal auditor melakukan manajemen audit adalah bahwa mereka menghabiskan semua waktu mereka menghabiskan semua waktu mereka bekerja untuk perusahaan yang mereka periksa. Sebab itu, mereka mengembangkan pengetahuan yang baik tentang perusahaan dan usahanya yang penting sekali untuk melakukan manajemen audit yang efektif.
Auditor pemerintah biasanya memberikan perhatian kedua-duanya, baik financial audit maupun manajemen audit.
Seorang klien sering juga menugaskan sebuah kantor akuntan publik melakukan manajemen audit atas satu usaha atau lebih bagian khusus dari usahanya. Biasanya penugasan demikian terjadi hanya kalau perusahaan tidak mempunyai staf internal audit atau staf internal audit kurang keahliannya dalam area tertentu. Dalam banyak kasus, staf konsultasi manajemen dari kantor akuntan, daripada staf audit, melakukan jasa demikian. Sebagai contoh, suatu perusahaan menilai kantor akuntan menilai efiensi dan efektivitas dari system komputernya.
Manajemen audit yang berhasil dibangun dari fondasi keungggulan teknis. Strukturnya harus secara tegas ditopang, disatu pihak oleh akseptasi yang dinyatakan didukung oleh tingkat yang tertinggi di perusahaan, dan di pihak lain oleh pemberian jasa yang berkesinambungan professional dan imaginatif kepada manajemen.
Baik manajemen aditor maupun manajer, kedua-duanya harus mengerti bahwa walaupun kemampuan teknis dapat menyelesaikan pekerjaan pemeriksaan secara professional, namun temuan pemeriksaan, simpulan dan rekomendasi mungkin diabaikan dalam laporan pemeriksaan yang disiapkan secara teliti.
Kedudukan yang tepat dalam perusahaan dan yang diperkuat dengan dukungan manajemen, bagaimana juga akan member kekuatan penuh dan pengaruh. Suatu jasa yang inovatif dan yang dipertimbangkan secara matang kepada pengambilan keputusan dalam perusahaan pada setiap tingkat, mengembangkan keinginan pelanggan untuk fungsi pemeriksaan, akan memungkinkan manajemen auditor masuk ke setiap area perusahaan dan mendapatkan suatu kursi dalam panitian manajemen eksekutif. Secara konseptual, manajemen auditor seharusnya tidak melapor secara administratif kepada manajemen. Manajemen audit mempunyai suatu tanggung jawab pelaporan kepada manajemen. Akan tetapi akan lebih baik kalau ia memelihara tanggung jawab utamanya kepada kekuasan yang lebih tinggi, seperti dewan direksi. Secara teoritis, pengaturan demikian memungkinkan manajemen audit menguji hasil kerja manajemen operasi.
Penunjukkan panitia pemeriksaan (audit committee) yang anggotanya terdiri dari anggota di luar direksi lebih memperkuat independensi auditor dari manajemen. Semakin kuat hubungan antara panitia pemeriksaan dan fungsi manajemen audit, semakin besar pula kemungkinan dari independensi dan objektivitas dalam pengujian laporan pemeriksaan. Panitia pemeriksa paling tidak bertanggung jawab untuk mengawasi penerimaan, promosi dan kompensasi kepada departemen manajemen audit. Memperhatikan dan mengikuti pengembangan fungsi manajemen audit adalah tanggung jawab utama dari panitia pemeriksaan. Kebijakan pemeriksaan, standar, dan prosedur juga seharusnya disetujui oleh panitia.
Penyusunan struktur organisasi departemen manajemen audit memiliki variasi yang berbeda-beda tergantung pada situasi dan kondisi perusahaan serta tujuan yang hendak di capai dalam pembentukan departemen pemeriksaan tersebut.
1. Departemen manajemen audit berada di bawah koordinasi kepala bagian keuangan
2. Departemen manajemen audit merupakan staf direksi perusahaan
Namun, mengingat pentingnya peranan departemen manajemen audit sebagai alat untuk memonitor performa manajemen perusahaan dalam mengelola kegiatan serta sumber-sumber yang ada secara efektif dan efisien, maka penempatan departemen manajemen audit sebagai staf komisaris merupakan posisi yang tepat bagi departemen tersebut.
Dengan penempatan seperti ini independensi departemen tersebut terhadap pihak manajemen dapat dicapai sehingga memungkinkan objektivitas dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan.
Sebagai kelengkapan dari penempatan departemen manajemen audit tersebut dalam struktur organisasi perusahaan, maka perlulah disusun suatu uraian jabatan atas masing-masing tingkatan dalam departemen tersebut. Secara tifikal, bagian manajemen audit terdiri dari relatif sedikit professional yang terampil, apabila dibandingkan dengan kebanyakan departemen yang lain. Dalam beberapa organisasi, mungkin hanya terdapat 1 orang manajemen auditor. Departemen audit yang lain mungkin menggaji dari 100 orang. Dalam banyak organisasi, pengalaman di bagian manajemen audit dinilai sangat tinggi sehingga setiap calon manaje didorong untuk menghabiskan suatu “tour of duty” di bagian manajemen audit.
Secara intern, suatu struktur organisasi yang disarankan bagi pembentukan departemen manajemen audit adalah suatu struktur yang bersifat lini. Dalam struktur ini, jabatan di dalam departemen manajemen audit terdiri atas 4 tingkatan, yaitu: Tingkatan direktur, Manager, Senior staf, dan junior staf. Rincian mengenai uraian jabatan untuk masing-masing tingkatan tersebut harus ditetapkan oleh direktur manajemen audit.
Seorang “Director of Internal Auditing” mempunyai tanggung jawab untuk seluruh fungsi manajemen audit. Direktur ini memberikan pengarahan menyeluruh kepada departemen, mengadakan suatu proses perencanaan, memberikan kebijakan dan prosedur pemeriksaan, mengelola staf departemen, mengkoordinasi pekerjaan manajemen audit dengan pemeriksaan ekstern, dan membuat suatu program kepastian kualitas pemeriksaan (audit quality assurance). Ia juga yang melakukan hubungan langsung dengan panitia pemeriksaan.
Seorang manajemen audit manajer secara tifikal menjalankan pemeriksaan individual, termasuk perencanaan dan koordinasi pekerjaan pemeriksaan. Manajer biasanya mempunya pengalaman pemeriksaan yang ekstensif dan pengalaman mengawasi. Senior staf auditor mengawasi aspek pekerjaan pemeriksaan dan melaksanakan banyak pekerjaan pemeriksaan actual. Senior staf biasanya mempunyai paling sedikit 3 tahun pengalaman pemeriksaan.
Junior staf biasanya melakukan pekerjaan rutin yang kurang rumit. Mereka adalah professional yang baru, atau kadang-kadang calon manajer untuk memenuhi kebutuhan pelatihan manajemen dari departemen lain.
Pengisiaan jabatan atas tingkatan tersebut dilakukan dengan melakukan rekrutment atas tenaga-tenaga yang qualified. Hal ini dimaksudkan agar orang yang memangku jabatan tersebut mampun melaksanakan fungsinya secara efektif.
Sekilas mengenai audit internal: Sejarah, Perkembangan, dan Gambaran Umum
Evolusi Audit Internal. Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya menfokuskan diri pada masalah-masalah teknis akuntansi menjadi profesi yang memiliki orientasi memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen. Pada awalnya, audit internal berfungsi sebagai “adik” dari profesi auditor eksternal, dengan pusat perhatian pada penilaian atas keakuratan angka-angka keuangan. Namun saat ini audit internal telah memisahkan diri menjadi disiplin ilmu yang berbeda dengan pusat perhatian yang lebih luas.
Audit internal modern menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan penilaian atas control, kinerja, risiko dan tata kelola perusahaan publik maupun privat. Aspek keuangan hanyalah salah-satu aspek saja dalam lingkup pekerjaan audit internal. Dulunya auditor internal pernah dianggap sebagai “lawan” pihak manajemen, sekarang auditor internal mencoba menjalin kerja sama yang produktif dengan klien melalui aktivitas-aktivitas yang memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Karena pergeseran pandangan atas fungsi internal audit ini baru terjadi akhir-akhir ini saja, maka audit internal yang memiliki aspek kerja yang lebih luas ini sering disebut sebagai audit internal modern.
Audit Internal di Abad-abad Permulaan. Sejarah audit internal menunjukkan bahwa profesi ini telah berkembang secara sistematik, mengikuti perubahan yang terjadi di dunia usaha. Setidaknya ilmu dan profesi audit internal telah dimulai pada 3500 sebelum masehi. Catatan sejarah mengenai peradaban Mesopotamia menunjukkan adanya tanda-tanda kecil yang dibuat di samping angka-angka transaksi-transaksi keuangan. Tanda-tanda seperti titik, tanda silang, dan tanda cek list yang ada pada saat itu merupakan potret dari system verifikasi yang telah di jalankan. Seseorang menyiapkan laporan transaksi; orang lain akan menverifikasi (memeriksa) laporan tersebut. Kontrol internal, system verifikasi, dan konsep pembagian tugas kemungkinan telah dilakukan pada masa-masa itu.
Sejarah mencatat bahwa masyarakat mesir, Cina, Persia dan Yahudi pada abad-abad permulaan juga menerapkan system yang sama. Orang-orang mesir, misalnya, mensyaratkan adanya saksi dalam transaksi penyerahan padi ke lumbung desa dan mensyaratkan adanya dokumen yang sah untuk transaksi tersebut. Audit Internal di Abad-abad Pertengahan. Ketika kerajaan Romawi jatuh, system moneter dan control internal pun ikut hancur. Baru pada akhir abad pertengahan para penguasa meminta bukti penerimaan yang menjadi hak mereka. Para raja dan hakim menerapkan audit awal, yang kemudian diikuti oleh abdi Negara yang ditunjuk selanjutnya. Perdagangan Italia yang ekspansif pada abad ke-13 membutuhkan pencatatan yang lebih rumit sehingga lahirlah system pembukuan berpasangan (double-entry), yakni setiap transaksi dicatat baik pada sisi debit maupun kredit. Sistem ini membantu para pengusaha mengontrol transaksi dengan para pelanggan dan pemasok serta juga membantu mereka mengawasi pekerjaan karyawannya. Audit dilakukan dengan serius. Bahkan, seorang auditor yang mewakili Ratu Isabella ikut menemani Columbus menjelajah dunia. Audit Internal di Masa Revolusi Industri. Audit sebagaimana yang dikenal sekarang, dimulai ketika terjadi revolusi industry di inggris. Perusahaan-perusahaan mempekerjakan akuntan untuk memeriksa catatan keuangannya. Lebih dari sekedar mendengarkan, verifikasi audit kemudian berkembang menjadi verifikasi catatan tertulis dan perbandingan angka-angka yang tertera pada jurnal dengan bahan bukti dokumennya. Audit Internal di Tahun-tahun belakangan ini. Audit, bersamaan dengan investasi yang dilakukan orang-orang inggris, melintasi lautan menuju amerika serikat pada abad ke-19. Orang-orang Inggris yang kaya raya menginvestasikan dana yang cukup besar di perusahaan-perusahaan Amerika Serikat, dan mereka menginginkan adanya verifikasi independen atas investasi mereka. Auditor-auditor inggris membawa metode dan prosedur audit yang kemudian diadaptasi colonial inggris demi kepentingan mereka sendiri. Munculnya Undang-undang Perusahaan Inggris menyebabkan pentingnya pertanggungjawaban kepada investor. Amerika Serikat tidak memiliki undang-undang seperti ini; sehingga, audit merupakan pengganti yang memenuhi kebutuhan para pengusaha. Kebutuhan ini memberikan tekanan pada audit neraca, dengan lebih menitikberatkan pada pendekatan analitis terhadap akun-akun di laporan keuangan. Jelaslah bahwa kebutuhan akan modal luar negeri menjadi pendorong utama perkembangan audit. Audit di Amerika Serikat. Setelah perang dunia I, perekonomian Amerika Serikat mengalami peningkatan. Banyak perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang diaudit meskipun tidak disayaratkan. Namun, pada umumnya audit lebih ditujukan untuk kepentingan para bankir yang mencurigai pelaporan di neraca yang kelihatannya terlalu optimistis, sehingga memerlukan verifikasi yang independen dan dapat dipercaya. Perusahaan kereta api merupakan salah-satu jenis perusahaan yang mengadopsi program audit internal yang berjangkauan luas. Para eksekutif perusahaan kereta api membutuhkan keyakinan bahwa para kepala stasiun mengelola penerimaan dana penjualan karcis dengan semestinya. Audit eksternal terbukti tidak memadai untuk memeriksa aspek-aspek operasional. Perkembangan audit internal selanjutnya bisa dikatakan bersumber dari meningkatnya kompleksitas operasi perusahaan dan pemerintahan. Pertumbuhan perushaan membatasi kemampuan manajer untuk mengawasi masalah operasional sehingga menjadikan audit internal sebuah fungsi yang semakin penting.
Kontribusi auditor internal menjadi semakin penting seiring dengan makin berkembangnya dan makin kompleksnya system usaha dan pemerintahan. Tidak mungkin bagi eksektif mengawasi semua kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Tetap saja ada hal-hal yang luput dari perhatiannya. Kegiatan yang tidak diawasi akan kehilangan efisiensi dan efektivitasnya. Sering dikatakan bahwa penyubur tanah terbaik adalah bayangan pemiliknya sendiri, akan tetapi untuk beberapa kegiatan bayangan tersebut sangatlah pendek. Si pemilik membutuhkan mitra yang berpikir seperti mereka dan dapat diandalkan sepenuhnya. Dalam banyak kasus mitra tersebut adalah auditor internal yang berorientasi manajemen. Pada situasi diatas, departemen audit internal mampu membantu manajemen dalam mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh manajemen puncak, mengidentifikasi dan meminimalkan resiko, menvalidasi laporan ke manajemen senior, membantu manajemen pada bidang-bidang teknis, membantu proses pengambilan keputusan, menganalisis masa depan-bukan hanya untuk masa lalu, membantu manajer untuk mengelola perusahaan (masalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan control).
Referensi :
Hamilton, Alexander,Ph.D.”Manajemen Auditing, meningkatkan efektivitas dan efisiensi, penerbit Modern Business New York,1986.”
B.Sawyer, Lawrence.”Audit Internal Sawyer, penerbit Salemba Empat,2003.”
IBK Bayangkara. “ Management Audit, Prosedur dan Implementasi, penerbit Salemba Empat,2008.”
Widjaya Tunggal, Amin.” Management Audit,suatu pengantar, penerbit Rineka Cipta.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar