Selasa, 14 Juni 2011

Bekerja berdasarkan kesenangan

Tadi pagi ada teman lama yang meminta pendapat kepada saya mengenai karir dia. Entahlah, kenapa saya yang di pilih untuk tempat curahan hatinya, apa karena saya tipe pendengar sejati hehehhe...
beliau sekarang masih bekerja di salah-satu perusahaan di Jakarta dan juga sedang merintis usaha, karena beliau memiliki cita-cita sebagai pengusaha sukses.   Saat ini dia mendapatkan penawaran kerja dan di salah-satu perusahaan BUMN ternama dan penempatan di luar Jawa. Kompensasinya di perusahaan BUMN ini sudah besar bahkan melebihi total penghasilannya sekarang.  Konsekuensinya beliau harus meninggalkan apa yang telah dirintisnya saat ini, karena usaha yang sedang di rintisnya berlokasi di Jakarta.

Menurut saya, diantara pilihan tersebut mana yang lebih menyenangkan, apakah beliau lebih senang ketika mendapatkan pekerjaan itu dibandingkan dengan apa yang ditekuni sekarang, kesenangan diasumsikan seperti sekelompok orang yang bermain bola dengan riang, tanpa harus berfikir apakah bermain bola itu menguntungkan ataukah tidak tanpa banyak pertimbangan. meski kadang harus berkotor-kotoran dan berlama-lama bermain bola. Ketika sesuatu pekerjaan sudah menjadi hobi kita, maka segalanya akan menghampiri kita termasuk materi.

Andrea Hirata contohnya, yang berhasil membuat buku laskar pelangi yang menginspirasi, hal ini dikarenakan hobi beliau untuk menulis. Andrea Hirata tidak merasa rugi waktu untuk menuliskan perjalanan hidupnya. Oprah yang sukses dengan acara talk shownya karena hobi beliau membawakan acara.  Mark Zuckerberg, pendiri facebook yang mampu menciptakan situs jejaring sosial yang mendunia. Ketika Zuckerberg pertama kali menemukan Facebook, dia hanya ingin membuatnya untuk mahasiswa Harvard, dan tidak lebih dari sebulan, lebih dari setengah yang telah lulus telah menjadi anggotanya. Lalu setelah dua bulan terbentuk Zuckerberg telah membuka pintu virtual untuk menerima anggota dari Yale dan Stanford, dan pada april 2004, Facebook sekarang memiliki Lembaga kampus dan juga beberapa perusahaan besar. pada desember 2004, Facebook telah melebar meliputi 1 juta anggota.



Dan kenyataannya, motivasi mereka pada awalnya bukan materi.  Mereka itu berhasil dikarenakan mereka ingin bermakna bagi sesamanya, bukankah manusia beruntung adalah ketika dia bermanfaat bagi sesamanya.


Bagaimana menurut pendapat anda? apakah anda sudah menemukan kesenangan anda?









Kamis, 09 Juni 2011

Balas dendam nambah jam tidur,,,,

Beberapa hari ini saya kurang tidur. Kebetulan ada beberapa projek yang harus diselesaikan disamping pekerjaan utama saya yang harus saya kerjakan juga. Jadinya, beberapa hari ini tidur saya sehari hanya 5 jam.  Dan dari 5 jam tersebut belum tentu efektif. Efeknya sekarang badan agak kurusan (kata orang tapi belum menimbang kenyataannya).  Nah lho???????

Tapi sekarang proyek tersebut sudah selesai....ini saatnya ajang balas dendam untuk tidur sebanyak-banyaknya hehehhe..bisa balance lagi ga yaaaaaa?????????.

Mengenang bapak Syaiful Naomin

Belakangan ini, tiba-tiba aku rindu dengan suara bapak Syaiful Naomin. Beliau adalah dosen saya ketika saya kuliah dulu. Beliau sangat inspiratif sekali dalam mengajar mahasiswanya.

Ingin sekali aku kembali menjadi mahassiwa beliau lagi. Suaranya lembut dan jelas,  Aku sering terkagum dibuatnya, terutama saat beliau mengatakan tentang pengalaman beliau hingga sukses menjadi komisaris PT Olympic dan direktur Al amien. Dan kata-kata beliau yang saya ingat saat itu, menjadi apapun anda  (profesional, pengusaha) aktivitas mengajar jangan ditinggalkan. Dan beliau mengutip ayat tentang ulil albaab (orang-orang yang berfikir): bahwasanya tanda orang berfikir adalah belajar dan mengajarkan kembali kepada orang lain. Aku selalu bersemangat dan percaya diri kalau mengingat pesan-pesan beliau.

Ya, aku ini jenis manusia yang mudah termotivasi dari luar. Sepertinya, tiap orang punya titik sentuh yang berbeda. Dan mungkin karena aku termasuk orang yang introvert membutuhkan motivasi dari pihak luar. Alhamdulilah, ajaranmu setidaknya kucoba tanam dalam diri saya. Beda dengan beberapa temanku, mendengar motivasi dari orang lain...sepertinya First in First Out....hehehehhehehehhehhehe....

Rabu, 08 Juni 2011

Mutu diantara simbolis dengan substansi

Kesadaran organisasi akan pentingnya pengakuan produk atau jasa terus meningkat. Salah-satunya banyak perusahaan yang mengajukan dilakukannya seritifikasi atas mutu produk atau layanan. Sertifikasi tersebut tentunya membutuhkan pengorbanan atas biaya yang dikeluarkan perusahaan. Sistem manajemen mutu yang terkandung dalam standar mutu tersebut menurut saya sudah baik dan sesuai dengan standar manajemen yang seharusnya. Dan hal ini diimplementasikan di setiap organisasi.
Fenomena yang terjadi, standar tersebut hanya berupa dokumen dan catatan  saja, akan tetapi praktek di lapangan jauh dari standar mutu yang ada. Ibaratnya seperti seseorang yang telah meraih gelar kesarjanaannya dengan nilai memuaskan, akan tetapi ketika dihadapkan atas realitas sangat lemah dan seperti tidak mengetahui materi-materi yang didapat ketika kuliah.
Menurut saya, fenomena tersebut muncul dikarenakan budaya organisasi yang hanya tertuju pada aspek simbolis, artinya dengan adanya dokumen dan catatan sudah cukup bahwa organisasi tersebut telah efektif menjalankan mutu dengan baik. Akibatnya, konsumen di "tipu" dengan simbol-simbol yang ada.

Organisasi tersebut tidak mengembangan budaya perubahan substantif, yang mengarahkan pelaku organisasi bisa mengembangkan kesadaran akan pentingnya mutu.

Bagaimana menurut anda?

Selasa, 07 Juni 2011

bekerja di luar batas manusia

Banyak pekerjaan terkadang kalimat yang sering kita lontarkan ketika kita mendapat tugas dari seseorang. Dan akhirnya kita menolak pekerjaan tersebut. Contohnya, seseorang yang ingin melanjutkan kuliahnya akan tetapi hal itu tidak terwujud dikarenakan dia merasa sudah super sibuk untuk bekerja, mengurus keluarga atau ada urusan dengan lingkungan warganya. Sehingga apa yang dicita-citakan menjadi tidak terwujud. Padahal ,kita bisa mencoba di luar batas manusia. Contohnya Einsten, Neil Amstrong, Helmy Yahya, Messi, ronaldo, mereka bekerja di luar batas manusia mereka.

bagaimana pendapat anda?

Rabu, 01 Juni 2011

Pelatihan Lead Auditor

Lelah, membosankan, serius, duduk berjam-jam dan semua asumsi saya terkait pelatihan. Tetapi kali ini saya mengikuti pelatihan lead auditor tidak semua hal di atas terasakan.  Pendekatan trainingnya cukup baik, instrukturnya menguasai materi dan selingan humor sebagai penyegar suasana. Menurut saya, pelatihan bukan sekedar mengisi kekosongan atau mendoktrinasi peserta agar faham terhadap materi, akan tetapi peserta dapat membangun kepercayaan diri peserta terkait peran yang diharapkan dari peserta. 

Bagaimana menurut anda?