Rabu, 08 Juni 2011

Mutu diantara simbolis dengan substansi

Kesadaran organisasi akan pentingnya pengakuan produk atau jasa terus meningkat. Salah-satunya banyak perusahaan yang mengajukan dilakukannya seritifikasi atas mutu produk atau layanan. Sertifikasi tersebut tentunya membutuhkan pengorbanan atas biaya yang dikeluarkan perusahaan. Sistem manajemen mutu yang terkandung dalam standar mutu tersebut menurut saya sudah baik dan sesuai dengan standar manajemen yang seharusnya. Dan hal ini diimplementasikan di setiap organisasi.
Fenomena yang terjadi, standar tersebut hanya berupa dokumen dan catatan  saja, akan tetapi praktek di lapangan jauh dari standar mutu yang ada. Ibaratnya seperti seseorang yang telah meraih gelar kesarjanaannya dengan nilai memuaskan, akan tetapi ketika dihadapkan atas realitas sangat lemah dan seperti tidak mengetahui materi-materi yang didapat ketika kuliah.
Menurut saya, fenomena tersebut muncul dikarenakan budaya organisasi yang hanya tertuju pada aspek simbolis, artinya dengan adanya dokumen dan catatan sudah cukup bahwa organisasi tersebut telah efektif menjalankan mutu dengan baik. Akibatnya, konsumen di "tipu" dengan simbol-simbol yang ada.

Organisasi tersebut tidak mengembangan budaya perubahan substantif, yang mengarahkan pelaku organisasi bisa mengembangkan kesadaran akan pentingnya mutu.

Bagaimana menurut anda?

Tidak ada komentar: