Kamis, 28 Februari 2019

Mengapa Diperlukan Audit

Audit atas laporan keuangan terutama diperlukan perusahaan berbentuk Perseroan terbatas (PT) yang memilikinya adalah para pemegang saham. Biasanya setahun sekali dalam Rapat Umum Pemegang Saham  (RUPS) para pemegang saham akan meminta pertanggung jawaban manajemen perusahaan dalam bentuk laporan keuangan.

Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu diaudit oleh KAP yang merupakan pihak ketiga yang independen, karena:

  • Jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Karena itu laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.
  • Jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini wajar tanpa pengecualian (unqualified) dari KAP, berarti pengguna laporan keuangan bisa yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
  • Mulai tahun 2001 perusahaan yang total asetnya Rp25 milyar ke atas harus memasukan audited financial statments nya ke Departemen Perdagangan dan Perindustrian.
  • Perusahaan yang sudah go public harus memasukan audited financial statmentsnya ke Bapepam-LK paling lambat 90 hari setelah tahun buku.
  • SPT yang didukung oleh audited financial statments lebih dipercaya oleh pihak pajak dibandingkan dengan yang didukung oleh laporan keuangan yang belum diaudit. 
Sumber : Buku Auditing

Jenis-Jenis Audit

Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas:

Pemeriksaan Umum (General Audit)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. 

Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaanya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.

Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit dibedakan atas:

Management Audit (Operasional Audit)
Suatu pemriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasional tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.

Pendekatan audit yang biasa dilakukan adalah menilai efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan dari masing-masing fungsi yang terdapat dalam perusahaan. Misalnya: fungsi penjualan dan pemasaran, fungsi produksi, fungsi pengundangan dan distribusi, fungsi personalia (sumber daya manusia), fungsi akuntansi dan fungsi keuangan.

Sumber : Buku Auditing

Perbedaan Auditing Dan Akuntansi

Auditing mempunyai sifat analitis, karena akuntan publik memulai pemeriksaannya dari angka-angka dalam laporan keuangan, lalu dicocokan dengan neraca saldo (trial balance), buku besar (general ledger), buku harian (special journals), bukti-bukti pembukuan (documents) dan sub buku besar (sub-ledger). Sedangkan accounting mempunyai sifat konstruktif, karena disusun mulai dari bukti-bukti pembukuan, buku harian, buku besar dan sub buku besar, neraca saldo sampai menjadi laporan keuangan. Akuntan (Accounting) dilakukan oleh pegawai perusahaan (bagian akuntansi) dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan atau ETAP atau IFRS sedangkan auditing dilakukan oleh akuntan publik (khususnya financial audit) dengan berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik, Kode Etik Profesi Akuntan Publik dan Standar Pengendalian Mutu. 

Tahapan-tahapan audit (pemeriksaan umum oleh akuntan publik atas laporan keuangan perusahaan) dapat  dijelaskan sebagai berikut:

  1. Kantor Akuntan Publik (KAP) dihubungi oleh calon pelanggan (klien) yang membutuhkan jasa audit.
  2. KAP membuat janji untuk bertemu dengan calon klien untuk membicarakan: Alasan perusahaan untuk mengaudit laporan keuangannya (apakah untuk kepentingan pemegang saham dan direksi, pihak bank/kreditor, Bapepam-LK, Kantor Pelayanan Pajak, dan lain-lain.
  3. KAP mengajukan surat penawaran (audit proposal) yang antara lain berisi: jenis jasa yang diberikan, besarnya biaya audit (audit fee), kapan audit dimulai, kapan laporan harus diserahkan, dan lain-lain.
  4. KAP melakukan edit field work (pemeriksaan lapangan) dilakukan klien.
  5. Selain audit report, KAP juga diharapkan memberikan Management Letter yang isinya memberitahukan kepada manajemen mengenai kelemahan pengendalian intern perusahaan dan saran-saran perbaikannya.
Sumber : Buku Auditing

Rabu, 27 Februari 2019

Pengertian Auditing

Auditing membeikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posiski euangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan laporan arus kas.
Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi, pengertian umumnya, merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai kesimpulan tentang realibilitas dari pernyataan seseorang.

Dalam pengertian yang lebih sempit, atestasi merupakan; "komunikasi tertulis yang menjelaskan suatu kesimpulan mengenai realibilitas dari asersi tertulis yang merupakan tanggung jawab dari pihak lainnya. Seorang akuntan publik, dalam perannya sebagai auditor, memberikan atestasi Pemengenai kewajaran dari laporan keuangan sebuah entitas. Akuntan publik juga memberikan jasa atestasi lainnya, seperti membuat laporan mengenai internal control, dan laporan keuangan prospektif.

Ada beberapa hal yang penting dari pengertian tersebut, yang perlu dibahas lebih lanjut

  • Yang diperiksa adalah laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya.
  • Pemeriksaan dilakukan secara kritis dan sistematis.
  • Pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independen, yaitu akuntan publik.
  • Tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa.
Sumber : Buku Auditing

Senin, 18 Februari 2019

Penerapan Business Model Canvas di Indonesia

Sejak munculnya praktik e-commerce model bisnis menjadi salah satu konsep yang paling menonjol di antara konsep-konsep manajemen yang lain. Hadirnya e-commerce membuat para praktisi bisnis mengubah total model bisnis lama menjadi model bisnis baru yang lebih sesuai. Penyebab utama kepopuleran model bisnis adalah karena ditengarai banyak organisasi yang tumbuh pesat karena kemampuannya menciptakan model bisnis yang tepat.

Model bisnis kanvas saat ini, atau lebih dikenal dengan Businnes Model Canvas (BMC). Konsep model bisnis yang dikembangkan oleh Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur ini berhasil mengubah konsep model bisnis yang rumit menjadi sederhana. Dengan pendekatan kanvas, model bisnis ditampilkan dalam satu lembar kanvas, berisi peta sembilan elemen (kotak). Karena kesederhanaanya, metode kanvas dapat mendorong sebanyak mungkin karyawan terlibat dalam pengembangan model bisnis organisasinya.

Para akademis menjelaskan pengertian model bisnis dalam tiga kelompok, yaitu model bisnis sebagai metode (cara), model bisnis dilihat dari apek komponen-komponennya, dan model bisnis sebagai strategi bisnis.

Elemen dalam Business model canvas mencakup Customer Segments, Value Propositions, Channel, Customer Relationships, Revenue Streams, Key Resources, Key Activities, Key Partnerships, dan Cost Structure. Untuk menyusun model bisnis menggunakan pendekatan ini dimulai dari Customer Segments, diikuti dengan value Propositions, Channels, Customer Relationships, Revenue Streams, Key Resources, Key Activities, Key Partner, dan Cost Structure.

Untuk mengembangkan BMC, organisasi dapat mulai dari memotret kondisi saat ini, diikuti dengan analisis SWOT. Hasil analisis SWOT dapat digunakan untuk merancang model bisnis perbaikan dan prototipe model-model bisnis masa depan.


Sumber : buku Business Model Canvas

Memahami Model Bisnis

Diantara berbagai konsep manajemen, model bisnis kini menjadi konsep yang sangat populer. Konsep model bisnis berkembang akhir tahun 1990-an seiring dengan berkembangnya e-business yang dipandang membutuhkan model bisnis berbeda dengan bisnis berbeda dengan bisnis konvensional. Praktisi bisnis dan juga media massa sering menggunakan konsep ini untuk membicarakan kesuksesan atau kegagalan suatu bisnis. Bahkan, mereka juga menggunakan model bisnis untuk menggantikan strategi bisnis seolah-olah model bisnis dan strategi bisnis adalah hal yang sama, Padahal belum tentu.

Konsep bisnis juga lebih banyak digunakan untuk menggambarkan atau menjelaskan sepak terjang perusahaan, namun jarang sekali perushaan mengaku menggunakannya secara sadar untuk mencapai kinerja tertentu. Kesalahan ini mungkin juga disebabkan para akademis relatif jarang membahas secara mendalam mengenai konsep model bisnis.

Para akademis memberi definisi yang cukup beragam terhadap pengertian model bisnis. Meskipun demikian, kita bisa memilih definisi tersebut menjadi tiga kelompok, yaitu model bisnis sebagai metode atau cara, model bisnis dilihat dari komponen-komponen (elemen), dan model bisnis sebagai strategi bisnis.

Pengertian model bisnis sebagai metode, bisa dilihat dari pendapat wheelen dan Hunger mendefinisikan model bisnis sebagai metode yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan uang di lingkungan bisnis dimana perusahaan beroperasi. 

Pengertian model bisnis dilihat dari komponen-komponen misalnya adalah bahwa model bisnis terdiri dari komponen produk, manfaat dan pendapatan, atau konsumen, aset, dan pengetahuan, ada pula content, struktur, dan governance.

Sumber : buku Business Model Canvas

Komponen Model Bisnis

Sebuah model bisnis sebaiknya mengandung komponen:
  • Siapa yang dilayani (Who it serves)
  • apa yang ditawarkan (what it provides), dan
  • bagaimana cara menghasilkan produk (how it provides its product).
Selain nilai bagi konsumen, tentu organisasi harus menghasilkan nilai bagi dirinya. Maka komponen selanjutnya adalah
  • Bagaimana cara menghasilkan uang atau laba (how it creates money or profit).
Terakhir sangat dimungkinkan perusahaan-perusahaan yang menjalankan bisnis di industri yang sama mempunyai model bisnis yang sama pula sehingga persaingan menjadi luar biasa ketat dan terjerembab dalam persaingan harga yang tidak kreatif. Oleh sebab itu sebaiknya sebuah model bisnis juga mengandung komponen
  • bagaimana membedakan dirinya secara strategi terhadap pesaing (how it differentiatites itselft from its competitors).
Proposisi nilai konsumen adalah apa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen sehingga konsumen dapat menyelesaikan masalah utamanya secara lebih efektif, lebih mudah, lebih nyaman. Komponen pertama ini juga mencakup bagaimana perusahaan menyampaikan tawarannya kepada konsumen sehingga konsumen lebih terpuaskan.

Proposal nilai konsumen inilah yang membuat konsumen memutuskan membeli barang atau jasa dari perusahaan A dan bukan perusahaan B atau C. Misalnya pada industri penerbangan berjadwal di Indonesia ada banyak maskapai berbiaya rendah (low cost carrier) seperti Lion Air, AirAsia Indonesia, Citilink, dan lain sebagainya adalah proposi nilai konsumen yang membuat konsumen lebih memilih Lion Air daripada AirAsia Indonesia dan Citilink, atau sebaliknya. Proposisi nilai konsumen harus begitu kuat sehingga ketika penumpang yang biasa menggunakan maskapai penerbangan premium Garuda Indonesia untuk tujuan jakarta ke Surabaya tidak beralih memilih Singapoer Airlines sebagai sesama maskapai penerbangan premium atau bahkan memilih maskapai biaya rendah seperti AirAsia ketika terbang dan Jakarta ke Singapoer.

Sumber : Buku Business Model Canpas

Alasan Perusahaan memerlukan Model Bisnis



Bisnis Model Kanvas adalah metode baru dalam merumuskan konsep bisnis yang lebih sederhana dibandingkan membuat rencana bisnis biasa. metode bisnis model kanvas atau disingkat (BMC) ini pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Osterwalder dalam bukunya yang berjudul Bussiness Model Generation. Beliau menjelaskan secara framework bagaimana cara sederhana untuk mempresentasikan elemen penting yang terdapat pada sebuah model bisnis.bisnis model kanvas memiliki 9 area dari model bisnis, yang sangat diperlukan dalam menjalankan sebuah bisnis. Saat membuat bisnis ini, kita tidak lagi perlu membuat bisnis plan berlembar-berlembar. Semua tampil lebih sederhana.

Paling tidak ada empat manfaat apabila kita memiliki model bisnis. 
Pertama, terkait dengan komponen-komponennya, model bisnis memudahkan para perencana dan pengambil keputusan di perusahaan melihat hubungan logis antara komponen-komponen dalam bisnisnya, sehingga dapat dihasilkan nilai bagi konsumen dan nilai bagi perusahaan. Bila ternyata konsumen lebih lebih memilih pesaing dibandingkan produk yang ditawarkan, perusahaan perlu melihat kembali target pasar, kebutuhan dan proposisi nilai saat ini dibandingkan dengan pesaing.

Kedua, model bisnis dapat dipakai untuk membantu menguji konsistensi hubungan antar komponennya. Sebagai contoh, kalau sebuah restoran menawarkan masakan lezat yang disajikan secara berkelas dengan harga tinggi pada segmen pasar tertentu, harus dilihat siapa juru masaknya, seberapa canggih dan seberapa terlatih para pramusaji yang melayani. 

Ketiga, model bisnis dapat digunakan untuk membantu menguji pasar dan asumsi yang digunakan ketika mengembangkan bisnis. Sebagai contoh, di industri Fotografi, ada asumsi bahwa setiap kali habis mengabadikan suatu moment, konsumen pasti akan mencetak fotonya. Ternyata asumsi ini tidak benar. Dengan datangnya teknologi digital (imaging), konsumen menyimpan hasil jepretannya untuk konsumsi pribadi, ditampilkan di facebook, di-share dengan teman-teman lain, atau mencetak kertasnya yang semakin hari semakin murah.

Keempat, model bisnis dapat dipakai untuk menunjukan seberapa radikal suatu perubahan dilakukan dan konsekuensinya. Dengan berjalannya waktu, model bisnis pasti berubah. Baik karena inisiatif internal perusahaan sendiri, maupun karena tekanan perubahan dari luar. Bila perusahaan ingin mengubah proposisi nilai konsumen, misalnya mengubah produk atau menambah dengan dukungan layanan pelanggan, maka perusahaan dapat melihat kemungkinan dampak pada komponen-komponen.

Sumber : Buku Business Modal Canvas

Perbedaan Model Bisnis Dan Strategi Bisnis



Seperti yang disampaikan oleh saddon dan Lewis (2003), akademis dengan latar belakang manajemen lebih sering menggunakan istilah strategi, sementara akademis dengan latar belakang teknologi informasi fasih menggunakan istilah model bisnis. Kebiasaan ini masih belum menjelaskan hubungan antara model bisnis dengan strategi bisnis. Merujuk pada penjelasan Magretta (2002) dalam tulisannya yang dimuat dalam majalah bisnis Harvard Business Review, ditegaskan bahwa model bisnis membantu para pemilik serta profesionalnya menggagas bisnis di tingkat abstrak dan kemudian mengujinya di tingkat nyata. Setelah itu strategi bisnis disusun untuk membuat perusahaan berbeda secara strategis terhadap pesaing-pesaingnya. Jadi model bisnis dulu dirancang, barulah disusun strategi bisnis. Dengan demikian model bisnis tidak sama dengan strategi bisnis.

Merujuk pada pendapat Porter (1996), strategi bisnis meliputi tindakan ofensif dan defensif yang diambil perusahaan atau unit bisnis strategi untuk dapat mengungguli pesaingnya di industri. Banyak perusahaan yang bermain pada industri yang sama, menawarkan produk yang sama, dan model bisnis yang dioperasikannya mengandung komponen yang sama pula, namun memiliki kinerja yang berbeda.

Esensi strategi adalah keunikan atau membedakan diri secara strategis, tidak asal berbeda. Di indonesia ada banyak perusahaan ritel, namun sepanjang tahun 2011 Indomaret berhasil menjadi peritel dengan pertumbuhan paling cepat dan jumlah gerai terbanyak. Di industri penerbangan berjadwal, Lion Air merupakan pemegang pangsa pasar domestik terbesar di Indonesia, sementara untuk tujuan luar negeri, AirAsia juaranya.

Model bisnis berfokus pada akuisisi nilai, sementara strategi bisnis menekankan pada pelestarian keunggulan bersaing yang lebih luas. Di perusahaan, model bisnis merupakan arsitektur pengubah inovasi menjadi nilai ekonomi, sementara strategi bisnis tidak hanya berhenti pada nilai ekonomi perusahaan, tetapi juga pada pemegang saham.

Sumber : buku Business Model Canvas

Element-Element Business Model Canvas



Bisnis model kanvas adalah sebuah strategi dalam manajemen yang berupa visual chart yang terdiri dari 9 elemen. Dalam bukunya yang berjudul Business Model Generation (2010), Osterwalder dan Pigneur membuat suatu kerangka Business Model yang berbentuk kanvas dan terdiri dari 9 kotak yang saling berkaitan. Kotak-kotak ini berisikan elemen-elemen penting yang menggambarkan bagaimana organisasi menciptakan dan mendapatkan manfaat bagi  perusahaan dan pelanggannya.

Customer Segments
Customer Segmen atau segmen pelanggan adalah pihak yang menggunakan jasa/produk dari organisasi dan mereka yang berkontribusi dalam memberikan penghasilan bagi organisasi. Umumnya, pelanggan adalah pihak yang membayar langsung atas jasa/barang yang dibelinya. Sebagai contoh, pengunjung supermarket langsung membayar dikasir untuk barang belanjaannya. Namun demikian pelanggan tidak selalu merupakan pihak yang harus membayar langsung kepada organisasi, namun tanpa kehadirannya maka tidak akan terjadi aliran dana masuk.

Value Propositions
Value Propositions merupakan satu keunikan yang menentukan mengapa produk atau jasa tersebut pantas dipilih oleh pelanggan. Value Propositions ini memberi tawaran untuk memecahkan masalah pelanggan atau semaksimum mungkin memenuhi keinginan pelanggan. Keunikan yang ditawarkan ini haruslah sesuatu yang betul-betul didambakan oleh Customer Segment ini.

Channels
Chanel yaitu elemen yang menyatakan bagaimana organisasi berkomunikasi dengan pelanggan segmennya dan menyampaikan value propositions-nya.

Customer Relationships
Pembinaan hubungan dengan pelanggan bertujuan untuk mendapatkan pelanggan baru (akuisisi), mempertahankan pelanggan lama (retention), dan menawarkan produk atau jasa lama dan baru pada pelanggan lama.

Revenue Streams
Revenue streams atau aliran dana masuk menggambarkan bagaimana organisasi memperoleh uang dari setiap customer segmen. Aliran dana inilah yang memungkinkan organisasi tetap hidup.

Key Resources
Key Resources menggambarkan aset-aset terpenting yang menentukan keberhasilan pengoperasian model bisnis. Aset-aset berharga inilah yang memungkinkan organisasi mewujudkan value propositions yang dijanjikannya kepada pelanggan dengan baik.

Key Aktivities
Yang dimaksud dengan Key Activities (kegiatan inti) adalah kegiatan yang menentukan keberhasilan suatu model bisnis.

Key Partnership
Key partnership atau kemitraan kunci merupakan mitra kerja sama pengoperasian organisasi.

Cost Structure
Cost structure atau struktur biaya menggambarkan semua biaya yang muncul sebagai akibat dioperasikannya model bisnis ini. Semua upaya untuk mewujudkan Value Propositions melalui Channels yang tepat, Key Resources, dan Key activities yang andal, semua membutuhkan biaya.

sumber : Buku Business Model Canvas

Mendesain Business Model Canvas



Untuk mendesain Business model Canvas, kita bisa mengikuti tiga langkah berikut ini:

Langkah 1:
Potret (atau petakan) model bisnis saat ini. Potret pada 9 element Business Model, didasarkan atas kondisi bisnis yang sebenarnya terjadi.

Langkah 2: 
Lakukan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threath). Analisis ini dilakukan pada masing-masing elemen. Sebagai contoh, pada elemen Customer Segments, kemampuan memilih Customer Segments yang memiliki populasi besar dan menguntungkan, dapat diklasifikasi sebagai kekuatan organisasi. Sebaliknya, Value Propositions yang tidak dibutuhkan oleh suatu customer Segments yang dibidik, dapat dikatakan sebagai kelemahan. Pasar yang berpotensi besar dan belum digarap dapat dikategorikan sebagai peluang. Di lain pihak, apabila pesaing baru muncul dan dapat mengancam keberadaan organisasi dapat dikategorikan sebagai kelemahan.

Langkah 3: 
Lakukan penyempurnaan model bisnis dan atau buat prototipe.
Hasil analis SWOT kemudian digunakan untuk dua jenis tujuan. Yang pertama menyempurnakan Business Model (BM) yang ada saat ini, dan yang kedua melahirkan prototipe-prototipe BM yang baru, maka dapat saja organisasi tersebut memilih menggunakan BM yang disempurnakan. Dalam keadaan ini BM prototipe sebaiknya disimpan untuk sewaktu-waktu digunakan apabila momentumnya sudah dianggap tepat. Keseluruhan tahapan ini sebaiknya dilakukan oleh sebanyak mungkin pelaku organisasi dari tingkatan serta fungsi yang bervariasi. Penggunaan alat bantu kertas berperekat akan sangat mempermudah proses penghasilan BMC. Tempelkan setiap informasi elemen, baik untuk kondisi saat ini, SWOT maupun prototipe, ditempelkan di atas kanvas BM. 

Sumber : PPM, buku Business Model Canvas

Kegunaan Business Model Canvas (BMC)



Pada dasarnya, semua organisasi mempunyai modal bisnis, baik disadari ataupun tidak. Namun demikian, tidak semua organisasi menjelaskan model bisnis yang dipraktikkannya. Akibatnya, tidak semua kekuatan atau kelemahan organisasi dapat dideteksi. Sebuah organisasi yang memiliki value Propositions (VP) yang jalan dan dapat memenuhi keinginan segmen pasar yang dibidik dapat dinilai sebagai kekuatan dalam VP-nya. Sebaliknya, pemilihan  Customer Segments (CS) yang populasinya kecil tidak menguntungkan merupakan kelemahan dalam memilih CS.

Selain untuk mendeteksi dan menganalisis kekuatan dan kelemahan organisasi, BMC dapat juga digunakan untuk memperkirakan peluang dan ancaman dari lingkungan luar. Dinamisnya kawula muda dalam berganti nomor telepon dan operator telepon selular guna mencari fitur yang cocok dan harga murah menyebabkan tingkat kepindahan (churn) yang tinggi. Hal ini jelas merupakan ancaman bagi perusahaan operator telepon seluler. Sebaliknya, kelompok umur senior umumnya lebih loyal pada satu nomor telepon selular sehingga upaya Customer Relationships-nya minumum saja.

Sumber : Buku Business Model Canvas

Transformasi Model Bisnis

Sebagai sebuah sistem terbuka, perusahaan sangat rentang dengan danamika lingkungan eksternal perusahaan biasanya ditentukan oleh tiga hal, yaitu kestabilan dan kelangkaan. Perusahaan distributor yang membawa distributor  yang membawa ribuan produk dari banyak prinsipal untuk didistribusikan ke berbagai tempat melalui berbagai jalur merupakan contoh perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang kompleks. Sedikit gangguan pada jaringan prinsipal/pemasok, distributor dan perintel ini akan mengganggu kinerja perusahaan.

Perusahaan juga dapat berada pada lingkungan yang sangat dinamis, dimana perubahan banyak terjadi dan berjalan dengan cepat. Rasanya sulit sekali di masa kini mencari industri yang stabil. Apabila di Indonesia yang dalam lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan ekonomi yang  , namun berhadapan dengan kelangkaan sumber daya alam dan   di Amerika dan Eropa. Isu kelangkaan bisa juga menjadi peluang eru ancaman bagi perusahaan-perusahaan dibidang transportasi. Kompleksitas, ke tidak stabilan dan kelangkaan yang terjadi di lingkungan eksternal tentu akan mempengaruhi model bisnis perusahaan.

Kurang lebih 15 tahun yang lalu, toko-toko musik yang menjual aneka CD music merupakan tempat tujuan yang sulit dilewatkan oleh kebanyakan konsumen, pria-wanita, tua-muda di kota-kota besar. Hasilnya hampir pasti membeli CD terbaru, baik album terbaru atau kompilasi terbaru untuk diputar di mobil sambil mengarungi kemacetan jalan atau sambil santai di rumah. kemudian konsumen yang sama tersebut mengenal ipod dan mengisinya dengan puluhan   ratusan lagu   mulai jarang mengunjungi toko musik. Selanjutnya dengan berbagai kemudahan memeroleh lagu, legal maupun ilegal, toko-toko musik itu pun makin lenggang. Satu per satu munutup outlet-nya, besar, kecil hampir semua kini tidak ada bekasnya.

Sumber : Buku Business Model Kanvas

Customer Segment Perlu Dipertajam

Untuk memeroleh Value Proposition yang tajam serta tepat sasaran, maka Customer Segments yang dilayani perlu dipecah dengan lebih spesifik. Dari Business Model yang baru terlihat bahwa segmen (A) eksekutif yang ingin berkembang, misalnya, membutuhkan pilihan topik yang lengkap dan konten yang aplikatif, sehingga ini yang perlu dijadikan Value Propositions. Runtutan berikutnya adalah perlunya segmen (A) ini mendapatkan informasi melalui Channels yang efektif, juga pembinaan Customer Relationships-nya bisa melalui program keanggotaan. Sebagai dampak turutannya, sumber pendapatan di Revenue Streams dapat tambahan melalui program keanggotaan.

Tambahan signifikan lainnya terlihat dari dieksplisitkannya segment(D) Penyandang Dana yang membutuhkan lembaga pelaksana program pelatihan manajemen. Banyak organisasi besar yang ingin mengembangkan stakeholder lainnya, seperti pengusaha kecil dan membutuhkan mitra yang terpercaya serta bersedia berkontribusi pada sebagian biaya penyelenggaraan. PPM Manajemen sebagai institusi pendidikan yang juga menerapkan praktik social responsibility dapat memberikan Value Propositions yang diinginkan oleh penyandang dana.

Sumber : Buku Business Model Canvas

Customer Segments

Custamer segments adalah kelompok orang atau organisasi yang dituju oleh perusahaan untuk dilayani. Termasuk juga pelanggan adalah para pengguna/penikmat, yang bukan pembeli yang memberikan pendapatan langsung, tetapi perusahaan harus memerhatikan keinginan mereka. Sebagai contoh, para penonton saluran televisi tidak terbayar adalah pelanggan yang kebutuhannya harus diperhatikan dan dipenuhi. Pendapatan perusahaan televisi tidak berbayar datang dari pemasang iklan. Untuk mendatangkan pemasangan iklan, perusahaan televisi harus bisa membuat Value Propositions (acara-acara tayangan) yang diminati para penonton sebanyak mungkin. Tayangan yang banyak ditonton orang. Akan menarik para pemasang iklan untuk memasang iklan di acara tayangan televisi tersebut.

Segmentasi yang efektif memungkinkan perusahaan mengalokasikan dananya untuk segmen pelanggan yang sesuai dengan Value Propositions yang ditawarkan. Pendefinisian segmen pelanggan yang dituju akan membantu perusahaan untuk menentukan Channels yang efektif untuk menangkap segmen pelanggan ini.

Perusahaan dapat memilah pelanggannya berdasarkan kelompok pelanggan korporat atau pelanggan individu. Segmentasi pelanggan juga dapat dipilih berdasarkan : kelompok profesi, kelompok umur, kelompok penghasilan, kelompok greografis, kelompok umur, kelompok penghasilan, kelompok greografi, atau kelompok-kelompok lain. Tidak semua kumpulan pelanggan bisa disebut segmen. Suatu kelompok pelanggan disebut sebagai suatu segmen apabila:
  • Memerlukan pelayanan (Value Propositions) yang tersendiri, karena permasalahan dan kebutuhan mereka khusus.
  • Dicapai dan dilayani dengan saluran distribusi (channels) yang berbeda
  • perlu pendekatan (Custamer Relationships) yang berbeda
  • Memberikan profitabilitas yang berbeda
  • Memunyai kemauan bayar yang berbeda sesuai dengan persepsi terhadap nilai yang mereka terima
Sumber : Buku Business Model Canvas

Minggu, 17 Februari 2019

Industri Penerbangan

Pada industri penaerbangan pelanggan terkelompok menjadi beberapa segmen. Perusahaan penerbangan menyadari bahwa tidak mungkin bisa memberi layanan jasa penerbangan untuk semua segmen. 
Garuda Indonesia melayani segmen kelas atas. Karakteristik pelanggan Garuda Indonesia adalah berpenghasilan tinggi, penumpang perjalanan dinas, dan berpendidikan. Kelompok penumpang ini tidak begitu peduli dengan harga. Mereka membutuhkan pelayanan yang prima dan kualitas. Oleh karena itu, Value Proposition yang ditawarkan Garuda Indonesia adalah pelayanan berkualitas, tepat waktu, banyak pilihan dan ekslusif.

Di Jakarta Garuda Indonesia menguasai satu terminal tersendiri sehingga bisa melayani pelanggannya dengan leluasa. Pelanggannya dengan leluasa. Pelanggan merasa senang dan bangga jika bisa terbang bersama Garuda Indonesia untuk mengikat pelanggan, Garuda Indonesia mengeluarkan program frequent fiyer. Semakin sering terbang dengan Garuda Indonesia akan mendapatkan bonus. Juga, hanya perusahaan penerbangan Garuda Indonesia yang memberikan Garuda Excecutive Lounge.

Sementara itu, Lion Air fokus pada segmen bawah. Karakteristik pelanggan Lion Air adalah : berpenghasilan menengah ke bawah, perjalanan pribadi, dari daerah. Mereka sensitif dengan harga, dan tidak mengutamakan prestise. Value propositions yang ditawarkan Lion Air terlihat minimalis.

Lain lagi dengan AirAsia. Pelanggan AirAsia juga menawarkan harga tiket murah, tetapi untuk segmen pelanggan yang berbeda dengan Lion Air. Karakteristik pelanggan AirAsia adalah karyawan, profesional, berpendidikan, melek internet, perjalanan pribadi. Pelanggan AirAsia juga peduli dengan harga, hanya mereka msih memedulikan dengan prestise. Oleh karena itu AirAsia menawarkan Value Propositions yang bebeda dengan Lion Air, yaitu: tetap menampilkan ekslusif dan tepat waktu. Untuk menekan harga tiket AirAsia juga melakukan hal yang sama dengan Lion Air. Akan tetapi, AirAsia menambah penghematan dengan meminimalkan keterlibatan SDM di proses di bisnisnya. Sejak membeli tiket hingga chek-in, pelanggan AirAsia tidak perlu berhadapan dengan SDM AirAsia. Semua bisa dilakukan melalui internet.

Sumber : Buku Business Model Kanvas

Value Propositions

Value Propositions adalah nilai (atau manfaat) yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggan. Manfaat ini terwujud dalam bentuk sekumpulan produk atau jasa. Bagi pelanggan, value Propositions terwujud dalam bentuk pemecahan masalah yang dihadapi atau terpenuhinya kebutuhan. Value Propositions-lsh yang menjadi alasan mengapa pelanggan memiliki produk/jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan dan bukan produk/jasa perusahaan lain.

Kita ambil contoh usaha restoran untuk memahami Value Propositions. Value Propositions restoran fast food terutama untuk memenuhi kebutuhan rasa lapar pelanggannya. Meskipun demikian, ada juga restoran mewah yang Value Propositions-nya terrutama adalah menyajikan suasana rileks atau suasana romantis. Restoran yang menjual suasana selain menyajikan menu makanan dan minuman, juga mungkin akan menyajikan desain ruangan, pemandangan, musik, atau pertunjukan lain untuk menciptakan suasana yang diinginkan.

Dalam Business Canvas (BMC), elemen value Propotions memengaruhi dan dipengaruhi oleh hampir semua element-element lain. Element yang terkait langsung dengan value Propositions adalah Customer Segment. Hal ini bisa dipahami, karena setiap segment memiliki kebutuhan dan persoalan yang unik. Restorant fast food, misalnya, menetapkan Customer Segment-nya adalah orang yang membutuhkan makanan secara cepat untuk segera di santap. Sedangkan restoran yang menyajikan suasana romantis, menetapkan Customer Segments-nya sebagai pasangan muda-mudi.

Value Propositions dapat dilakukan melalui inovasi nilai (value creation) dan penurunan biaya. Inovasi nilai akan membuat pelanggan bersedia membayar lebih tinggi dan akan meningkatkan Revenue Stream. Selain value creation, perusahaan juga dapat mengurangi atau menghilangkan value propositions yang sebenarnya tidak dibutuhkan atau kurang penting bagi pelanggan. Dengan penghilangan sebagai value propositions yang kurang penting, perusahaan bisa menurunkan biaya yang pada gilirannya dapat meningkatkan laba.

Sumber : Buku Business Model Canvas

Jenis-Jenis Proposisi Nilai dalam Bisnis

Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur, menyebutkan bahwa paling tidak ada sebelas bentuk value propositions. Meskipun demikian, kita dapat menggolongkannya menjadi dua kelompok besar, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Contoh value propositions kuantitatif adalah harga murah dan kecepatan pelayanan. Contoh value propositions kualitif adalah rasa kenyang, rasa rileks, senang, bangga dan sebagainya.

Kesebelas element Value Propositions yang disampaikan oleh Alexander Osterwalder dan yves Pigneur adalah Newness (kebaruan), Design (Desain), Brand/Status (Merek/Status), Price (Harga), Cost Reduction (pengurangan Biaya), Accessibility (Akses), dan Convenience/Usability (Kenyamanan/kemudahan Penggunaan).

Newness
Proposisi nilai yang sebelumnya tidak pernah  oleh perusahaan manapun. Ketika pertama kali diciptakan minuman teh dalam kemasan botol diperkenalkan, perusahaan menawarkan nilai yang benar-benar baru bagi pelanggannya.

Performance
Umumnya, untuk menciptakan nilai, perusahaan harus melakukan peningkatan kinerja produk atau jasanya. Produsen motor, akan menambah nilai dengan cara menambah kapasitas mesin sehingga motor bisa berlari lebih cepat.

Customization
Customization adalah produk atau jasa yang disesuaikan dengan kebutuhan individual pelanggan. Kita ambil contoh produk sepeda motor. Motor modifikasi adalah contoh produk yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan.

Getting the Job 
Nilai dapat diciptakan hanya dengan membantu pelanggan melakukan pekerjaan tertentu. Sebagai contoh adalah jasa  yang diberikan oleh Advertising Agency.

Design
Suatu produk/jasa dapat unggul di pasar bisa jadi karena desainnya. Contoh paling mudah adalah di dunia fashion.

Brand/Status
Perusahaan dapat memberi nilai kepada pelanggan dengan cara memberi status. Status sosial ekonomi seseorang dapat dilihat dari merek mobil yang dikendarai.

Price
Pada segmen pasar yang sensitif harga, harga yang rendah untuk produk atau jasa sejenis akan memberi nilai tersendiri.

Cost Reduction
Perusahaan dapat memberi nilai kepada pelanggan berupa pengurangan biaya dari aktivitas yang dilakukan pelanggan. Sebagai contoh adalah perusahaan perangkat lunak akuntasi, CRM (Customer Relationship Management) atau payroll akan sangat membantu penggunanya menghemat biaya maupun tenaga perusahaan dalam menjalankan aktivitas.

Risk Reduction
Perusahaan dapat memberi nilai untuk pelanggan dengan cara mengurangi risiko yang dihadapi pelanggan. Praktik umum yang dilakukan oleh para produsen adalah garansi dalam bentuk perbaikan atas kerusakan.

Accessibility
Cara lain memberi nilai pelanggan adalah memberi akses kepada pelanggan yang semula tidak bisa mendapatkan jasa atau produk.

Convenience/Usability
Perusahaan dapat menciptakan nilai untuk pelanggan dengan cara membuat mereka dapat melakukan aktivitas menjadi lebih nyaman.

Sumber : Buku Business Model Canvas

Channels

Untuk berkomuionsnikasi dan menyampaikan Value Proposit, perusahaan memiliki banyak pilihan. Perusahaan bisa menggunakan cara langsung atau cara tidak langsung. Perusahaan juga dapat menggunakan cara tradisional maupun cara modern dengan teknologi tinggi. Masing-masing cara memiliki keunggulan sendiri.
Yang dimaksud dengan cara langsung adalah perusahaan menggunakan channelsnya sendiri, sedangkan cara tidak langsung perusahaan menggunakan channel mitra. Contoh cara langsung adalah apabila perusahaan menggunakan tenaga menjual sendiri, toko sendiri, atau saluran distribusi sendiri, Cara tidak langsung adalah apabila dalam menyampaikan value propositions perusahaan menggunakan tenaga penjual freelance, toko pihak lain, menghidayahkan proses pengiklanan, dan sebagainya.

Keunggulan dari penggunaan channels langsung adalah perusahaan bisa mendapatkan margin laba yang lebih tinggi. Sedangkan kelemahannya adalah karena keterbatasan sumber daya jangkauan ke pelanggan menjadi terbatas. Keuanggulan dari penggunaan channels tidak langsang adalah jangkauan perusahaan menjadi lebih luas dengan memanfaatkan sumber daya mitra. Sedangkan kelemahan adalah perusahaan mendapat margin laba yang lebih rendah.

Yang dimaksud dengan Channels tradisional contohnya adalah iklan dalam bentuk seperti sepanduk, poster, banner, katalog, iklan di surat kabar, iklan di radio atau televisi. Channels tradisional ini bersifat satu arah. Artinya pelanggan hanya menerima pesan dari perusahaan dan tidak memiliki banyak kesempatan untuk menggali janji yang ditawarkan perusahaan.

Channels modern dengan memanfaatkan teknologi misalnya Internet. Dengan internet perusahaan dapat mengumumkan janjinya di jejaring sosial, blog, website, maupun email. Karena sifatnya yang interaktif, pelanggan dapat meng-explor lebih jauh janji yang diberikan perusahaan.

Sumber : Buku Business Model Canvas

Efektif dan Efisiensi Channels

Dalam Business Model Canvas, Channels adalah wadah untuk menyampaikan Value Propositions kepada Customer Segments yang dituju. Agar dapat berfungsi secara optimal, Channels perlu didesain dengan memertimbangkan aspek efektivitas dan efisiensi. Channels menjadi suatu yang efektif dan efisien bila perusahaan mendapatkan hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal. Pada beberapa industri, perkembangan teknologi memberikan dampak yang sangat signifikan guna peningkatan efektivitas dan efisiensi. Sebagai contoh pada dekade sekarang dimana teknologi sudah berkembang pesat, perusahaan cukup mudah dalam menyampaikan apa yang menjadi janji dan pelanggan cukup mudah mendapatkan janji tersebut.

Efektivitas Channels dapat dilihat melalui trade-off antara upaya (dapat dalam bentuk uang namun tidak selalu) dengan pemasukan yang didapat. Efisiensi Channel dilihat dari kemampuan penyerapan atau pemahaman pelanggan terhadap janji (dalam Value Propositions) yang diberikan perusahaan.  

Sumber : Buku Business Model Canvas

Saluran Distribusi (Channels) dalam Bisnis



Menurut Alexander Osterwalder dalam bukunya Business Model Generation, Saluran Distribusi/Channels tidak selesai hanya menjalankan fungsi mengomunikasikan janji, tetapi juga sampai ke tahap bagaimana perusahaan menyerahkan apa yang dijanjikannya kepada pelanggan, bahkan sampai tahap setelah janji diwujudkan.

Osterwalder merinci fungsi dari Channels untuk:
  • Memunculkan kesadaran dari pelanggan mengenai adanya produk/jasa perusahaan.
  • Memfasilitasi pelanggan membeli produk/jasa perusahaan.
  • Menyampaikan Value Propositions kepada pelanggan.
  • Menyediakan dukungan pasca penjualan.
Oleh karena itu, Osterwalder membagi Channels dalam 5 fase mulai dari pengenalan sampai pendistribusian 'janji', yaitu: Awareness, Evaluation, Purchase, Delivery, dan  After Sales. Kelima fase tersebut sesungguhnya dapat (dan memang sebaiknya) menjadi suatu siklus sehingga dapat terjalin suatu hubungan jangka panjang antara Perusahaan (Produk) dan Pelanggan (Pengguna).

Fase 1 Awareness
Pada fase Awareness (membangun kesadaran) Channels berfungsi untuk mengenalkan perusahaan kepada pelanggan. 

Fase 2 Evaluation
Setelah berkenalan, tiba saatnya untuk mencapai. Fase ini dapat merupakan fase penjajagan. Kedua belah pihak (perusahaan dan pelanggan) dapat saling menilai. 

Fase 3 Purchase
Setelah saling mengevaluasi, tiba saatnya perusahaan dan pelanggan untuk melakukan proses transaksi. Pada fase ini, tantangannya adalah bagaimana mengelola agar proses tersebut berlangsung secara efektif dan efisien.

Fase 4 Delivery
Setelah proses transaksi, fase berikutnya yang perlu dirancang adalah Delivery. Delivery adalah pemenuhan 'janji' atau pembuktian Value Propositions. Dalam fase ini, pelanggan maupun perusahaan masing-masing mempunyai hak dan kewajiban.

Fase 5 After Sales
Fase akhir dari Channels adalah fase purna jual. Penting bagi perusahaan untuk memahami bagaimana kondisi dan perasaan pelanggan setelah mendapatkan 'janji' yang ditawarkan. Fase ini akan berhubungan erat dengan element Customer Relationships.

Sumber :Buku Business Model Canvas