Rabu, 12 September 2012

Mengajarkan tenggang rasa


Minggu yang lalu saya pergi ke rumah teman saya di pamulang. di perempatan viktor, saya melewati jalan-jalan sempit. Sehingga harus menjaga jarak dengan mobil dan motor agar tidak mengenai mereka. Ada petugas parkir yang membantu agar arus kendaraan menjadi teratur. Tiba-tiba ada sebuah mobil menyerobot masuk dan alhasil terjadi kemacetan. Hal tersebut sudah diingatkan oleh petugas parkir agar menunggu sebentar. Pengendara mobil tersebut malah marah kepada tukang parkir tersebut dan membunyikan sekeras-kerasnya klakson tersebut.

Yang membuat saya prihatin adalah tidak ada kesan bersalah dari pengendara mobil  itu. Mereka tidak merasa bersalah membuat lalu lintas menjadi terganggung karena mereka menyerobot masuk. Ini beda kasus dengan jalan tol yang mereka mudah menyerobot ke kiri dan ke kanan.

Masih ada kasus-kasus yang lain, seperti misalnya cara orang berkendaraan atau membuang sampah sembarangan di jalan. Ah semakin diceritakan, semakin kesal sendiri. Berapa tahun yang negara “maju” bisa menata dirinya?

Hal ini semua menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki tenggang rasa. Nah, bagaimana mengajarkan agar tenggang rasa ya?

Tidak ada komentar: